DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Boneka yang Tertinggal di Nanking

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Tapi aku tetap di sini,
di tanah yang menyimpan bayang-bayang.

Suatu hari, seorang lelaki tua menemukanku.
Tangannya gemetar saat mengangkatku dari debu.

Ia membersihkanku perlahan,
seolah aku adalah sesuatu yang rapuh,
seolah aku masih memiliki jiwa.

Air matanya jatuh ke gaunku yang robek.
Dan dengan suara yang pecah, ia berbisik:
“Mei… maafkan Ayah yang terlambat…”

Aku kini berada di balik kaca museum.
Orang-orang datang dan pergi, membaca kisahku,
kisah seorang gadis kecil yang tak pernah pulang.

Tapi aku tahu,
aku lebih dari sekadar boneka yang tertinggal.
Aku adalah saksi.
Aku adalah ingatan yang tak boleh mati.

Di kota yang telah melupakan,
di sejarah yang ingin dihapus,
aku tetap ada, menunggu Mei.


Suatu hari, seorang perempuan datang.
Rambutnya putih, wajahnya penuh garis waktu.
Tangannya gemetar saat ia menyentuh kaca.
Ia tak berkata apa-apa.

Hanya air mata,
jatuh tanpa suara.

Ia menatapku,
seakan aku adalah dunia yang hilang,
seakan aku adalah bagian dari jiwanya
yang telah lama terkubur dalam malam yang membisu.

Halaman:

Berita Terkait