Puisi Esai Denny JA: Boneka yang Tertinggal di Nanking
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 15 Februari 2025 07:58 WIB

Di sudut kuil tua,
Mei dan ibunya bersembunyi bersama perempuan lain.
Mereka menggigil, saling mendekap,
memohon agar malam cepat berlalu.
Lalu pintu didobrak.
Bayangan tinggi berdiri di ambang pintu.
Suara perintah dalam bahasa asing,
suara tawa tanpa belas kasihan.
Aku terjatuh dari tangan Mei.
Aku melihat matanya mencari ibunya,
tetapi ibunya telah ditarik ke luar,
jeritannya tercekik di udara yang dingin.
Aku ingin berteriak.
Tapi aku tidak punya suara.
-000-
Mei berlari.
Langkah kecilnya terseret dalam lumpur dan darah.
Di belakangnya, suara langkah berat mendekat.
Aku di tanah, aku melihat semuanya.
Aku melihat Mei jatuh.
Aku melihat tangannya meraih udara kosong.
Aku melihat tangan lain yang besar
menangkapnya, menyeretnya ke dalam kegelapan.
Aku menunggu.
Aku percaya ia akan kembali.
Tapi angin hanya membawa keheningan,
dan bulan tidak memberi jawaban.
-000-
Bertahun-tahun berlalu.
Nanking berubah.
Bangunan-bangunan baru berdiri,
pasar kembali dipenuhi warna dan tawa.