Pemikiran Denny JA Tentang Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence Mulai Diajarkan di Kampus
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 14 Februari 2025 21:04 WIB

Di biara sunyi Tibet, seorang biksu menggunakan AI untuk menganalisis teks-teks kuno, menemukan makna tersembunyi yang hilang berabad-abad.
Kuil Kodaiji di Kyoto, Jepang, memperkenalkan Mindar, robot pendeta berbasis AI, untuk menyampaikan khotbah Buddha. Inisiatif ini bertujuan menarik minat generasi muda terhadap ajaran Buddha.
Tapi teknologi tidak menggantikan doa, tetapi menjadi lentera baru bagi pencarian batin. AI bukan ancaman bagi spiritualitas, melainkan jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam dan universal.
Penutup: Masa Depan Agama di Era AI
Untuk menjembatani agama dan spiritualitas modern, Esoterika Fellowship Program (EFP) dikembangkan sebagai ruang akademik untuk mengeksplorasi bagaimana agama, sains, dan AI dapat saling melengkapi.
Mulai semester ini, program EFP akan berjalan di kampus-kampus mitra, dan terus diperluas ke kampus lain yang berminat menjalin kerja sama.
Jika agama pernah bertahan melewati era cetak, radio, dan internet, bagaimana ia akan berevolusi di era AI?
Mungkinkah keimanan tidak lagi berbasis pada institusi, tetapi pada pengalaman personal yang lebih luas dan interaktif?
Mungkinkah di masa depan, agama bukan hanya tentang Tuhan, tetapi juga tentang pencarian makna dalam data dan algoritma?***
*Ahmad Gaus AF, Ketua Pelaksana Program EFP | Email: gaus.unas@gmail.com