DECEMBER 9, 2022
Kolom

Pemikiran Denny JA Tentang Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence Mulai Diajarkan di Kampus

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Denmark, misalnya, meraih skor tertinggi dalam Indeks Persepsi Korupsi 2023 dengan 90 poin.   Negara-negara Nordik juga kuat dalam indikator kebahagiaan seperti PDB per kapita, dukungan sosial, dan harapan hidup sehat. 

Ini menunjukkan bahwa agama bukan satu-satunya faktor dalam membangun kehidupan sosial yang baik. Etika, hukum, dan kebijakan publik lebih menentukan kemajuan suatu bangsa.

2. Agama Bertahan Bukan Karena Kebenaran Faktual, tetapi Makna Simbolis

Narasi agama sering bertentangan secara historis, tetapi tetap bertahan karena menawarkan makna mendalam.

Yesus disalib atau tidak, anak yang dikorbankan Ibrahim Ishak atau Ismail, semua berlanjut dalam keyakinan masing-masing.

Agama bertahan bukan karena bukti empiris, tetapi karena fungsinya: memberi harapan, identitas sosial, dan jawaban atas kegelisahan eksistensial manusia.

3. Agama Bukan Lagi Satu-Satunya Panduan Hidup Bahagia dan Bermakna

Dulu, agama adalah satu-satunya pemandu kebahagiaan. Kini, psikologi positif dan ilmu kebahagiaan menawarkan jalan lain.

Hubungan sosial, berpikir positif, mengejar passion, serta kemenangan kecil lebih berperan dalam kesejahteraan manusia.

Agama masih penting, tetapi sains kini menawarkan cara hidup bermakna tanpa harus bergantung pada dogma agama.

Halaman:

Berita Terkait