DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Malam Natal di Perang Dunia Pertama

image
Ilustrasi (Istimewa)

Aku kembali ke parit.
Di seberang, aku melihat pemuda Inggris itu.
Kami saling menatap.
Aku tahu dia juga mendapat perintah yang sama.

Jari kami bersiap di pelatuk.
Tetapi kami tak bisa menariknya.
Kami tak bisa membunuh seseorang yang sudah kita kenali.

Namun, orang lain bisa.
Dan ketika peluru pertama ditembakkan pagi itu,
aku tak tahu siapa yang jatuh lebih dulu.
Mungkin dari pihak kami, mungkin dari pihak mereka.

Yang pasti,
aku tahu ada sesuatu yang mati dalam diriku.

-000-

Bertahun-tahun setelah perang ini usai,
aku kembali ke Bruges,
ke kanal yang kini kembali tenang.

Di sana, aku melihat seorang pria tua,
duduk sendirian.
Mata kami bertemu.
Aku tahu siapa dia.
Ia tahu siapa aku.

Dia adalah pemuda Inggris itu.
Kami tidak butuh kata-kata.
Kami tahu malam itu bukan sekadar kenangan,
tetapi bukti manusia lebih besar daripada tembakan,
bom, granat.

Di luar, salju kembali turun,
seperti dulu, seperti 1914.
Tetapi kali ini,
tidak ada darah di atasnya.

Hanya keheningan,
dan nyanyian yang masih terdengar di dalam hati.

Halaman:

Berita Terkait