Puisi Esai Denny JA: Malam Natal di Perang Dunia Pertama
- Minggu, 09 Februari 2025 08:18 WIB
![image](https://img.orbitindonesia.com/2025/02/09/20250209082322IMG-20250209-WA0002_copy_800x450.jpg)
Kami menggigil dalam parit,
menunggu malam yang tak berbeda.
Lima bulan sudah perang meletus.
Brutal.
Kejam.
Ratusan ribu mayat berceceran.
Bau darah,
bercampur bau bangkai.
25 Desember 1914.
Di tengah dingin yang menggigit,
di sela-sela bisikan perang yang tak pernah tidur,
aku mendengar suara itu.
“Stille Nacht, Heilige Nacht…”
Nyanyian dari parit kami,
mengalun pelan, rapuh,
tetapi cukup kuat, menembus tembok perang.
Dari seberang, terdengar suara lain menjawab,
bahasa yang berbeda, melodi yang sama:
“Silent night, holy night…”
Aku mengintip dari balik tanah yang retak,
dan melihat mereka:
tentara Inggris, tentara Prancis,
lawan yang selama ini kusebut musuh.
Mereka bukan bayangan,
yang harus ditembak;
mereka pria yang juga rindu rumah.
Sesuatu bergerak dalam diriku,
lebih berat dari ransel,
lebih dalam dari luka tembak.