DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Malam Natal di Perang Dunia Pertama

image
Ilustrasi (Istimewa)

Puisi esai seri "Yang Menggigil di Arus Sejarah" (1)

(Menulis ulang drama kemanusiaan dalam sejarah: Perbudakan di AS, Revolusi Perancis, Perang Dunia 1, Revolusi Rusia, Holocaust, Perang Dunia II, hingga Revolusi Artificial Intelligence, dalam Puisi Esai)

ORBITINDONESIA.COM - Desember 1914, di tengah kecamuk Perang Dunia Pertama, ketika ratusan ribu nyawa terbunuh dan membusuk, di malam Natal, para tentara yang bertempur merayakannya bersama, dalam suasana persahabatan, semalam saja.

-000-

Salju, Lumpur, dan Luka yang Tak Terhitung

Namaku Ernst Keller,
anak pembuat jam dari Berlin, Jerman.

Aku kini lebih mengenal bunyi ledakan bom,
daripada detak halus waktu yang berdenting di toko ayahku.

Bruges pernah kulihat di kartu pos,
dengan kanalnya yang bercahaya, dan pasar yang sibuk.

Kini ia menjadi bayangan yang memudar.
Di bawahnya, tanah Belgia telah kehilangan warna.
Hanya ada lumpur, kawat berduri, dan tubuh yang membeku.

Di Ypres, tak ada angin yang membawa bau roti,
hanya mesiu dan darah.
Lelaki muda tumbang di tanah,
sebelum sempat tahu, bagaimana rasanya mencinta.

Halaman:

Berita Terkait