Selamat Datang, Angkatan Puisi Esai
- Minggu, 15 Desember 2024 15:39 WIB
Di forum Sabah itu Agus menyinggung soal awal mula munculnya puisi esai di tahun 2012, yang diawali dengan terbitnya buku Atas Nama Cinta karya Denny JA.4 Buku itu oleh Agus dianggap sebagai buku 'aneh' karena berisi puisi tapi bukan puisi, cerpen atau esai tapi berlarik-larik, bukan makalah tapi bercatatan kaki. Terbitnya buku puisi esai Atas Nama Cinta itu kemudian mendorong munculnya buku demi buku lainnya yang setipe. Semua buku itu, ujar Agus, memiliki basis estetika yang sama: semuanya mengelola tema-tema yang sama mengenai orang-orang yang terdiskriminasi atau terpinggirkan oleh sejarah atau sosial politik.
Jurnal Sajak yang dikelola oleh Agus R. Sarjono dkk sejak edisi ketiga membuka rubrik baru, yakni rubrik puisi esai dengan redaktur Ahmad Gaus. Dalam beberapa edisi berikutnya, Jurnal Sajak beberapa kali menyelenggarakan lomba penulisan puisi esai yang membuat redaksi cukup kewalahan karena harus menyeleksi ribuan karya yang masuk dari seluruh Indonesia. Mereka yang pada mulanya tidak berani menulis puisi apalagi mempublikasikannya, melalui media baru puisi esai ini tumbuh keberanian. Sebab, puisi esai memang bisa ditulis oleh siapa saja. Ini sesuai dengan kredo puisi esai: “Yang bukan penyair boleh ambil bagian.”
Penyebaran ke Manca Negara
Dalam perkembangannya kemudian, gerakan puisi esai juga meluas ke Sabah, Malaysia, berkat kepeloporan sastrawan Datuk Jasni Matlani. Sabah bahkan disebut sebagai Ibu kota Puisi Esai. Menarik bahwa di Sabah perkembangan puisi esai digerakkan bersama secara swadaya oleh Matlani dkk, dan kemudian mendapat dukungan dana dari pemerintah setempat. Dari Malaysia, puisi esai menyebar ke Brunei Darussalam, Thailand, dan Singapura.
Sejak kelahirannya pada 2012 sudah banyak hal terjadi dalam perpuisiesaian. Mengutip Agus, dalam sejarah sastra Indonesia selama rentang 24 tahun setelah Angkatan 2000 boleh dibilang dinamika besar-besaran diisi oleh fenomena baru, yakni Puisi Esai. Karena itu Agus tidak ragu-ragu mengatakan bahwa puisi esai telah melahirkan Angkatan baru dalam sastra Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa lahirnya Angkatan Puisi Esai dilengkapi dengan 4 buku antologi yang masing-masingnya tidak kurang dari 500 halaman. Empat buku antologi tersebut adalah:
1. Angkatan Puisi Esai: Kelahiran dan Masa-masa Awal (2012-2015);
2. Angkatan Puisi Esai: Menuju Indonesia (2016-2019);
3. Angkatan Puisi Esai: Menuju Mancanegara (2020-2024); dan
4. Angkatan Puisi Esai: Menuju Kritik Sastra Tempatan (2012-2024).
Sebelumnya kita telah mengenal istilah angkatan dalam periodisasi sejarah sastra Indonesia, seperti Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan 45, Angkatan 66, Angkatan 70, dan Angkatan 2000. Periodisasi itu berfungsi untuk mengklasifikasikan karya sastra berdasarkan ciri-ciri tertentu yang muncul dalam periode-periode tersebut. Ada beberapa faktor yang membedakan satu angkatan dengan angkatan lainnya, antara lain: