DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Ketika Anakku Kecanduan Internet

image
Puisi Esai Denny JA: Ketika Anakku Kecanduan Internet. (istimewa)

Membangun tembok tak terlihat di antara kami.

Lalu datang pagi-pagi yang sunyi. Tugas sekolahnya tertinggal di sudut-sudut waktu.

Matanya merah, digerogoti malam-malam tanpa tidur. Tubuhnya layu. David kini pohon yang kehilangan akarnya.
Oh, anakku menghilang sudah. Ia menjadi asing, Seperti cermin retak yang tak lagi memantulkan dirinya sendiri.

Baca Juga: Puisi Denny JA: Aktivis Ideologi Itu Memilih Menjadi Dokter

Kami mencoba melawan arus itu. Mematikan Wi-Fi, menyembunyikan ponselnya. Tapi ia marah, seperti binatang terluka.

Ia berteriak, memecahkan barang. Meninggalkan kami dalam kepedihan yang bisu. Cinta kami tak cukup untuk menariknya kembali.

Akhirnya, kami menyerah. David butuh lebih dari sekadar pelukan kami. Kami membawanya ke pusat rehabilitasi. Ia dirawat khusus, di rumah sakit.

Baca Juga: Puisi Denny JA: Kubawa Cincin Janjiku

Kami hanyalah pelaut di tengah badai, melawan ombak digital yang tak mengenal pantai.

David semakin jauh, dan kapal kami tak mampu mengejarnya.

Di sana, di rumah sakit, layar dimatikan, Hidup perlahan dinyalakan kembali.
David belajar menghirup udara tanpa Wi-Fi. Ia mencoba melukis, Garis-garisnya gemetar, tapi penuh asa.

Baca Juga: Puisi Denny JA: Nasionalisme di Era Algoritma

“Ini perjalanan panjang,” kata terapisnya.
“Tapi ia bisa pulih.”

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait