DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Dana Abadi untuk Festival Tahunan Puisi Esai

image
Catatan Denny JA: Dana Abadi untuk Festival Tahunan Puisi Esai. (istimewa)

Andrew Carnegie, dengan visi mencerdaskan masyarakat, mendirikan ribuan perpustakaan. Hingga kini perpustakaan itu menjadi tempat belajar lintas generasi.

Alfred Nobel, dengan warisan dana abadinya, mendanai penghargaan sastra, di samping penghargaan lain. Ini memberi pengakuan tertinggi bagi para penulis dunia dan para kreator lainnya.

Ruth Lilly, melalui The Poetry Foundation, menyelamatkan puisi dari pinggiran dunia modern, dengan dukungan dana besar dalam sejarah puisi.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Renungan Sumpah Pemuda, Warna Nasionalisme di Era Algoritma

Mereka adalah bukti bahwa seni membutuhkan tangan-tangan dermawan yang mengerti bahwa kebudayaan adalah harta abadi umat manusia.

Menghidupkan Kisah Nyata Melalui Puisi Esai

Di Asia Tenggara, Festival Puisi Esai pertama kali digelar di Malaysia, dengan dukungan dari Pemerintah Sabah. Tak pernah saya duga, pemerintahan di Sabah mengambil inisiatif membiayai festival puisi esai ASEAN.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menambah Elemen Penghayatan bahkan untuk Hal-hal Kecil

Di Indonesia, komunitas puisi esai memulai tradisi festival tahunan sejak 2023. Komunitas ini menjadikan Jakarta sebagai pusat perayaan sastra ini.

Apa yang membuat puisi esai perlu terus dihidupkan, disebarkan, dan dirawat? Ini adalah genre yang menyampaikan kisah nyata dalam bentuk puisi.

Isu hak asasi manusia, ketidakadilan, marginalisasi, dan identitas sosial menjadi inti setiap puisi. Namun, puisi ini tidak berhenti pada metafora; ia mencatat fakta melalui catatan kaki, menghubungkan estetika dengan realitas.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyelamlah, Apapun Agama yang Dianut

Catatan kaki di puisi esai menjadi elemen vital yang menjadikan puisi ini bukan hanya seni, tetapi juga dokumen sosial.

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait