Catatan Ekonomi KADIN Indonesia: Indonesia dan BRICS
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 01 November 2024 10:30 WIB
Pasar hutang global juga demikian. Dapat diasumsikan bahwa kesepakatan BRICS dalam hal sistem pembayaran lintas negara akan mempengaruhi pasar hutang dunia. Sampai tahun 2023, total hutang dunia mencapai USD 307 trilliun.
US Dollar merupakan mata uang dominan dalam pasar/kontrak utang dunia. Menurut satu studi yang dirilis oleh Bank of International Settlement (BIS) berjudul “Dominant Currency Debt” (Egemon Eren dan Semyon Malamud, 28 Maret 2022) dominasi USD ini bukan merupakan keinginan investor, melainkan didorong oleh keperluan peminjam untuk melindungi peminjam dari resiko nilai tukar jangka panjang.
Nampaknya, dengan berbagai perkembangan politik dan keamanan dunia akhir-akhir ini, upaya untuk mengurangi dominasi Dollar sebagai “dominant currency debt “ akan terus berlanjut. Mata uang selain US dollar makin sering dipergunakan sebagai denominator hutang.
Baca Juga: Menlu RI Sugiono Akan Suarakan Solidaritas Negara Berkembang dalam KTT BRICS Plus di Kazan Rusia
Patut dicatat negara-negara BRICS akhir-akhir ini semakin memainkan peran penting dalam pasar utang dunia. China merupakan investor utama di pasar utang dunia. Rusia dalam skala yang lebih kecil juga memainkan peran penting di pasar utang negara-negara di Asia Tengah dan sebagian negara yang sedang bergejolak di Afrika. Demikian pula India yang makin aktif dalam memfasilitasi kontrakhutang dunia.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, yang kemudian disikapi oleh negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat, dengan memberikan sanksi ekonomi berupa pembekuan devisa Rusia, banyak negara-negara di dunia yang makin khawatir terhadap monopoli sistem pembayaran dunia oleh Amerika Serikat.
Menilik itu semua, pilihan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS merupakan pilihan tepat yang patut didukung. Sebagaimana lazimnya dalam berbagai even dunia, akan selalu ada reaksi balik dari negara-negara barat terhadap pilihan Indonesia ini. Terutama karena bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS akan makin memperkuat fondasi kekuatan kompetitif dan daya tawar BRICS.
Baca Juga: Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi Usulkan Penggunaan Mata Uang Lokal dalam Kerja Sama BRICS
Indonesia dengan kemungkinan masa depan perekonomiannya yang cerah memang mesti cermat dalam menyikapi perkembangan lanskap perekonomian dunia. BRICS menawarkan masa depan aliansi ekonomi yang menguntungkan bagi Indonesia. Tinggallah kini upaya-upaya diplomatik Indonesia guna meyakinkan negara-negara pendiri BRICS untuk terbuka dan mempercepat proses inklusi Indonesia. Semoga.
Bambang Soesatyo dan Andi Rahmat, Koordinator Wakil Ketua Umum Bidang Politik, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ***