Catatan Ekonomi KADIN Indonesia: Indonesia dan BRICS
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 01 November 2024 10:30 WIB
ORBITINDONESIA.COM - BRICS adalah akronim dari Brazil, Rusia, India, China dan South Africa (Afrika Selatan). Ini merupakan perhimpunan dari 5 negara yang bertujuan memperkuat kerja sama diantara negara-negara anggotanya untuk perdamaian dan kesejahteraan bersama.
Akronim BRIC sendiri diperkenalkan oleh Jim O’neill pada tahun 2001, kepala ekonom Goldman Sachs pada masa itu, yang pada gilirannya mendorong berhimpunnya Brazil, Rusia, India dan China untuk menjadikan akronim ini menjadi nama perhimpunan mereka. Belakangan di tahun 2010, Afrika Selatan bergabung kedalam wadah perhimpunan ini.
Di tahun 2001, Jim O’neill menuliskan dalam makalahnya mengenai perkembangan ekonomi yang cepat dari Brazil, Rusia, India dan China yang pada gilirannya akan menjadi kompetitor bagi dominasi negara-negara anggota G7 (Group Of Seven).
Baca Juga: Menlu RI Sugiono Akan Suarakan Solidaritas Negara Berkembang dalam KTT BRICS Plus di Kazan Rusia
Jim 0’neill kemudian mengusulkan di dalam makalahnya agar negara-negara kelompok G7 mengajak dan memasukkan negara-negara itu kedalam kelompok G7, demi menghindari kompetisi yang berpotensi merubah lanskap tata ekonomi dunia.
Identifikasi dini O’neil terhadap perkembangan aspirasi dari negara-negara BRIC ini dalam kancah ekonomi dunia nampaknya memang akurat. Belakangan, pengaruh dari perhimpunan ini dalam percaturan dunia Internasional terus meningkat. Bisa dikatakan, secara bertahap pengaruhnya hampir menyamai perhimpunan G7.
Kekuatan utama dari negara-negara anggota BRICS terletak dalam tiga aspek. Pertama, kombinasi GDP (gross domestic product) 5 negara anggotanya plus negara-negara yang belakang bergabung di tahun 2024 mencapai 35 persen dari total GDP dunia. Sementara kombinasi GDP negara- negara G7 berkisar 30 persen GDP dunia.
Baca Juga: Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi Usulkan Penggunaan Mata Uang Lokal dalam Kerja Sama BRICS
Aspek kedua, kombinasi populasi penduduk dari negara-negara anggota BRICS mencapai 45 persen dari populasi dunia. Jauh diatas kombinasi populasi negara-negara G7 yang hanya 10 persen dari populasi dunia.
Aspek ketiga, 25 persen dari total transaksi perdagangan internasional dikuasai oleh negara-negara anggota BRICS. Dalam beberapa aspek yang berkaitan dengan penguasaan teknologi dan inovasi kritis juga didominasi oleh negara-negara anggota BRICS. Selain itu, proporsi penguasaan terhadap komoditi kritis dunia, baik itu berupa kekayaan mineral maupun ketersediaan sumber pangan dunia juga sangat besar dan berpengaruh.
Menurut kami, keinginan yang kuat dari negara-negara anggota BRICS untuk menata ulang tata keuangan global merupakan aspek strategis yang patut di perhatikan. Salah satu fokus utama dari BRICS dalam aspek ini adalah upayanya untuk mencapai kesepakatan dalam hal penggunaan sistem pembayaran transaksi lintas negara yang bisa menjadi alternatif bagi penggunaan sistem SWIFT dan dikontrol oleh G7, khususnya Amerika Serikat.
Baca Juga: Deklarasi Bersama BRICS Tegaskan Perlunya Gencatan Senjata di Gaza
Dengan kombinasi tiga aspek yang merupakan keunggulan kompetitif BRICS, kesepakatan mereka untuk menciptakan sistem pembayaran lintas negara, merupakan faktor pengubah dalam konstelasi ekonomi dunia, dan tentu saja geopolitik dunia.