Bali Pasca-G20 Semakin Ramai Event Berskala Internasional
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 06 Desember 2022 17:49 WIB
ORBITINDONESIA - Setelah menjadi tuan rumah KTT G20, 15-16 November 2022, Bali sekarang semakin ramai dengan event berskala nasional maupun internasional.
Tentu, hal itu tak terlepas dari gaung KTT G20 dengan 283 kegiatan sejak pra-G20 hingga acara puncak (KTT G20), dengan rincian 144 terkait menuju ke G20 dan 139 kegiatan pendukung serta kehadiran sekitar 20.559 delegasi dari 20 negara, 9 negara undangan, dan 10 organisasi internasional.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo mencatat KTT G20 mengundang tingkat kepuasan yang tinggi hingga mencapai 88,20 persen dengan pemberitaan positif sebesar 66,32 persen.
Baca Juga: TWO LEADERS AND ONE SUN, Dua Lukisan Esai Karya Denny JA Tentang Global Governance di G20
Walhasil, Keketuaan/Presidensi G20 pun menjadi sarana memperkenalkan pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) Indonesia kepada dunia internasional dan menjadi showcasing kemajuan di Indonesia.
Gaung yang besar di dunia internasional itulah yang akhirnya memberi keberkahan pada Bali dalam mendorong kemajuan budaya serta pengembangan infrastruktur. Lebih dari itu Bali pasca-G20 menjadi semakin "padat" kegiatan internasional.
Contohnya, tidak sampai sepekan dari KTT G20, sekitar 600 orang konsultan pajak dari berbagai negara sudah bertemu dalam seminar "Asia Oceania Tax Consultants Association" (AOTCA) di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, 22-25 November 2022.
Pertemuan rutin tahunan untuk membahas berbagai isu perpajakan internasional itu nantinya akan dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam menangani kasus-kasus perpajakan, khususnya di Indonesia. "Bukan hanya untuk menambah wawasan, tetapi membangun jaringan internasional juga," ujar Ketua Umum Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) Ruston Tambunan.
Baca Juga: Indonesia Peroleh Komitmen Investasi Sebesar Rp125 Triliun dari KTT G20 di Bali
Pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dalam seminar itu diharapkan juga dapat memicu semua anggota untuk bergaul karena dengan pergaulan global bisa memacu untuk melanjutkan sekolah agar bisa mengasah kemampuan dan mendapatkan klien dari perusahaan multinasional, atau bisa menjadi konsultan kelas dunia.
Awal Desember 2022, BUMN PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) menjadi tuan rumah penyelenggaraan Indonesia Esports Summit dan International Esports Federation (IESF) 14th World Esport Championship pada 2-11 Desember 2022. Acara diikuti sekitar 700 atlet esport dari 105 negara.
Direktur Utama ITDC Ari Respati mendukung pertumbuhan dan perkembangan sektor digital di Indonesia. Dia meyakini bahwa sektor digital akan menjadi stimulus baru yang akan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
Presiden Federasi Esports Internasional (IESF) Vlad Marinescu mencatat esport memiliki potensi besar dalam memulihkan dan membangkitkan kembali industri kreatif dan pariwisata yang sempat terkendala akibat pandemi COVID-19. Banyak atlet esports senang dan menantikan momen bertanding di kejuaraan dunia esports (14th IESF World Esports Championship) di Bali.
Baca Juga: Webinar Satupena Akan Diskusikan KTT G20 dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia
Kepulauan dan penerbangan
Selain esports yang bersifat forum kreasi, Bali juga akan menjadi tuan rumah KTT Archipelagic and Island States (AIS) Forum di Nusa Dua, Badung, pada September 2023 yang diadakan Indonesia untuk menggalang kekuatan dan kerja sama konkret dari negara pulau dan kepulauan dalam menghadapi krisis.
Ada 47 anggota AIS Forum, yakni negara-negara yang memiliki lautan dengan luas dan besar. Forum ini untuk menggalang kekuatan dan kerja sama konkret dari negara pulau dan kepulauan dalam menghadapi krisis, seperti adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, ekonomi berbasis laut (blue economy), sampah plastik di laut, dan tata kelola laut yang baik.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan untuk memperkuat kerja sama ini, Indonesia juga mempersiapkan pertemuan tingkat tinggi AIS Forum.
Baca Juga: Intip Cinderamata Untuk Delagasi G20
Kerja sama akan lebih kuat apabila disuarakan langsung oleh para pemimpin negara. KTT ini telah diusulkan sejak 2019, dan pemerintah Indonesia berharap tidak ada halangan untuk menggelar KTT itu pada 2023.
AIS Forum merupakan perkumpulan negara pulau dan kepulauan yang resmi terbentuk sejak 2018 atas inisiatif Indonesia bekerja sama dengan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
Sejak terbentuk empat tahun lalu, AIS Forum rutin menggelar pertemuan pejabat senior (SOM) dan pertemuan tingkat menteri (MM) tiap tahun. Namun, pertemuan itu sempat vakum pada 2021 akibat pandemi COVID-19.
Sejak 2018, AIS Forum telah membentuk berbagai kerja sama dan kolaborasi. AIS Forum yang mayoritas merupakan negara berpendapatan kecil dan menengah itu juga membuat riset bersama untuk pengembangan kapasitas negara pulau dan kepulauan.
Baca Juga: Greenpeace Akhirnya Batal Bikin Aksi di KTT G20 Bali
Forum ini memberi pendanaan riset untuk universitas-universitas di negara AIS, yang syaratnya mereka harus bekerja sama dengan satu atau lebih universitas atau institusi riset di negara anggota AIS lainnya. Hasil dari riset bersama itu telah dimanfaatkan oleh negara-negara anggota AIS Forum.
Kerja sama lain yang telah terbangun dari AIS Forum pembentukan startup hub yang menjadi platform bagi anak muda di negara-negara anggota AIS, terutama yang memiliki perhatian terhadap masalah lautan. Kerja sama konkret lainnya, AIS Forum juga membuat pelatihan terkait tata kelola ekosistem bakau (mangrove).
Ada juga program yang berhasil menghambat sampah plastik masuk ke laut, kemudian kerja sama kewirausahaan, dan innovative financing untuk Blue Economy. AIS Forum selama ini terbagi atas dua kegiatan, yaitu pertemuan pejabat senior (SOM) dan pertemuan tingkat menteri (MM).
Tidak hanya tahun 2022 dan 2023, agaknya Bali juga akan "dilirik" menjadi lokasi kegiatan internasional setelah tahun itu, seperti pameran industri penerbangan (airshow) skala dunia yang sudah dua kali diadakan di Indonesia, yakni di Bandara Kemayoran (1986) dan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (1996), yakni menjadi tuan rumah untuk Bali International Airshow 2024.
Baca Juga: Amir Uskara: KTT G20 Bali Tanpa Kehadiran Vladimir Putin
Pameran produk dan teknologi penerbangan bertaraf internasional yang sempat vakum selama lebih dari 20 tahun kembali digelar di Indonesia, tepatnya di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, sekitar pertengahan September 2024, kata Presiden Direktur PT Inaro Tujuh Belas Andy Wismarsyah di Bali, Senin (5/12/2022).
Kegiatan itu memang dimotori oleh PT Inaro Tujuh Belas bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI. PT itu merupakan event organizer (EO) yang dibentuk oleh perusahaan EO asal Prancis Comexposium bersama PT Amara Pameran Internasional (Holding), dan On Us Asia.
Harapannya, Bali International Airshow ini akan memantik pelaku bisnis aviasi mancanegara untuk melihat potensi industri aviasi Indonesia, lalu mereka berinvestasi meningkatkan industri aviasi Indonesia, yang akhirnya akan mengangkat nama Indonesia pasca-G20. ***