Catatan Denny JA: Untuk Mereka yang Terbuang di Tahun 1960-an
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Minggu, 06 Oktober 2024 18:13 WIB
Misalnya, dalam “The Kite Runner” karya Khaled Hosseini (2003). Novel ini bercerita tentang Amir, seorang anak dari Afghanistan yang terpaksa melarikan diri ke Amerika Serikat setelah invasi Soviet.
Pengasingan ini tidak hanya memisahkan Amir dari tanah airnya, tetapi juga memutusnya dari masa lalu dan identitasnya.
Kisah ini sangat relevan dengan pengalaman para eksil Indonesia yang hidup dalam bayang-bayang masa lalu, dihantui oleh tuduhan yang tidak pernah mereka lakukan, tetapi tetap terpaksa hidup jauh dari rumah.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Kisah Cinta Tanah Air di Dalam Film Eksil
Kemudian, “Refugee” karya Alan Gratz (2017). Novel ini menceritakan tiga kisah paralel dari tiga pengungsi yang berbeda.
Ada seorang anak Yahudi yang melarikan diri dari Nazi Jerman. Ada pula seorang anak Kuba yang melarikan diri dari rezim Castro. Juga hadir seorang anak Suriah yang melarikan diri dari perang saudara.
Ketiga cerita ini terhubung oleh benang merah yang sama: mereka semua mencari tempat yang bisa mereka panggil rumah, tetapi dunia terus menolak mereka.
Baca Juga: Puisi Denny JA: Pesan yang Dibawa Seekor Burung yang Hinggap di Pundakku
Sementara itu, “Exile and the Kingdom” karya Albert Camus (1957) mengeksplorasi pengalaman eksil sebagai bentuk keterasingan, baik secara fisik maupun spiritual.
Para karakternya hidup di luar hidup yang layak masyarakat biasa, terputus dari tempat dan makna hidup.
Ini menggambarkan dengan tepat pengalaman para eksil Indonesia. Mereka terasing dari tanah air dan harus menemukan cara untuk bertahan hidup di negeri yang tidak pernah benar-benar menerima mereka.
Baca Juga: Puisi dari Susilawati Tentang Duhai Hati
-000-