Koridor Aman di Gaza oleh Pengeboman Brutal Israel Diubah Menjadi Koridor Kematian Penuh Mayat
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 05 Oktober 2024 02:45 WIB
Menurut data PBB, sembilan dari setiap sepuluh orang yang tinggal di Gaza telah mengungsi akibat serangan Israel sejak 7 Oktober. Berdasarkan data yang sama, mayoritas warga Palestina di Gaza telah mengungsi setidaknya sekali setiap bulan.
Dengan demikian, warga Palestina mengalami “Nakba” kedua.
Palestina menggunakan kata "Nakba" untuk merujuk pada peristiwa tahun 1948, ketika milisi Zionis bersenjata memaksa ratusan ribu warga Palestina meninggalkan rumah dan desa mereka di bawah tekanan pengeboman dan pembantaian massal di tanah Palestina yang bersejarah, mendorong mereka lebih jauh ke Jalur Gaza, Tepi Barat, dan negara-negara tetangga, sebagai bagian dari pembersihan etnis besar-besaran sebelum deklarasi kemerdekaan Israel.
Seruan untuk Warga Utara 'Pindah ke Selatan demi Keamanan'
Tentara Israel memberi lebih dari satu juta orang di utara Jalur Gaza tenggat waktu 24 jam untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke selatan Lembah Gaza, di mana Israel melancarkan invasi penuh pada 27 Oktober 2023.
Pada tanggal yang sama, otoritas Israel memberi tahu penduduk Kota Gaza bahwa "demi keselamatan Anda dan keluarga Anda, pindahlah ke selatan."
Ribuan warga Palestina yang tinggal di utara, yang telah menjadi sasaran serangan udara dan pendudukan darat Israel, dipaksa melarikan diri ke Rafah, Khan Younis, dan Deir al-Balah di Gaza bagian selatan dan tengah untuk mencari tempat aman.
Namun, tentara Israel membombardir warga sipil yang dipaksa mengungsi ke zona-zona yang disebut “aman.”
Pendudukan Rafah dan Khan Younis
Tentara Israel, yang juga berada di gerbang kota Rafah di selatan, tempat pengungsi dari Gaza utara berlindung, menyebarkan selebaran di timur kota, meminta penduduk untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke barat.