Berziarah ke Borobudur, Denny JA Terhubung ke Masa Silam
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 08 September 2024 15:54 WIB
Pada waktu itu, Borobudur seperti tenggelam dalam tidur panjang, terlupakan oleh peradaban. Saya merasakan kesunyian yang mendalam, seolah-olah candi itu menunggu untuk ditemukan kembali, untuk dihidupkan lagi dari debu dan tanah yang telah menutupinya selama berabad-abad.
Dalam hening, air mata saya menetes. Saya merasakan kesedihan patung- patung Budha itu karena kepalanya dicuri. Ratusan patung duduk, tanpa ada kepala.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Di Kereta Itu, Tak Ditemukannya Sepasang Mata Bola
Saya tersadar kembali dari perjalanan spiritual ini dengan kesadaran baru tentang Borobudur.
Candi ini bukan hanya bangunan batu yang megah, tetapi juga penjaga cerita dari tiga masa yang berbeda. Borobudur telah melewati banyak fase dalam sejarahnya.
Itu dimulai dengan masa kejayaan di bawah Syailendra, masa terlupakan karena perubahan agama dan alam, sampai masa penemuan kembali oleh Raffles.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Revolusi Kreativitas Bersama Artificial Intelligence (1)
Setiap lapisan waktu itu tercetak dalam batu-batunya, reliefnya, dan stupa-stupa yang menjulang.
Ketika saya berdiri di puncak Borobudur, melihat ke arah cakrawala, seolah-olah saya berdiri di persimpangan antara masa lalu dan masa kini.
Borobudur, melalui tiga masanya, mengingatkan kita bahwa meskipun waktu terus berjalan, warisan yang ditinggalkan bertahan lebih lama dari usia manusia itu sendiri.
Baca Juga: Paus Berkati Lukisan Karya Denny JA Tentang Paus Fransiskus Membasuh Kaki Rakyat Indonesia
Ketika saya meninggalkan Borobudur, saya membawa serta rasa syukur. Saya bisa menyaksikan dan merasakan keajaiban dari masa lalu yang masih hidup dalam setiap batu dan stupa di candi ini.