In Memoriam: Faisal Basri dan Nyanyian Suara Kritisnya di Mata Denny JA
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 06 September 2024 08:35 WIB
Melalui data, para kritikus seperti Faisal, Piketty, dan Sen memberi suara kepada mereka yang tak terdengar, memastikan bahwa kekuasaan selalu diawasi dan dipertanggungjawabkan.
Tentu saja sikap kritikus soal apapun bukanlah satu- satunya kebenaran. Realitas itu seperti hologram. Banyak dimensinya. Posisi yang berbeda dapat melihat realitas yang berbeda. Namun ruang publik menjadi sehat jika membiarkan kritisisme itu tumbuh.
Beruntunglah sebuah negara yang memiliki banyak kritikus kuat. Apalagi jika kritik yang dilontarkan berbasiskan data dan riset. Masyarakat lebih diuntungkan lagi jika kebijakan publik yang diambil sudah pula dilezatkan dan diperkaya oleh kritik yang kuat itu.
Selamat jalan Faisal Basri. Terima kasih atas passion, keberanian, kejujuran, riset, dan data, yang ikut menumbuhkan tradisi kritik di Indonesia. ***
CATATAN
(1) Negara lebih sehat jika membiarkan tumbuhnya tradisi kritik di ruang publik. Buku yang membahas isu ini dengan kuat: Karl Popper: The Open Society and Its Enemies: New One-Volume Edition on JSTOR
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Belajar Keberagaman dari Sayyidina Ali