In Memoriam: Faisal Basri dan Nyanyian Suara Kritisnya di Mata Denny JA
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 06 September 2024 08:35 WIB
Di India, Amartya Sen, ekonom pemenang Nobel, juga kritis terhadap kebijakan pemerintahnya, terutama dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
Sen mengkritik keras pemerintah India, terutama di bawah kepemimpinan Narendra Modi, atas penanganan yang buruk terhadap pandemi COVID-19.
Menurut Sen, pemerintah India gagal memperkuat infrastruktur kesehatan, yang menyebabkan jutaan orang tidak mendapatkan akses perawatan yang memadai.
Sebelum itu, Sen juga mengkritik kebijakan demonetisasi pada tahun 2016, di mana pemerintah India menarik mata uang besar dari peredaran. Sen menyebut kebijakan tersebut sebagai "kebijakan yang menghancurkan."
Kebijakan itu lebih banyak menyakiti rakyat miskin dan sektor informal yang sangat bergantung pada uang tunai.
Kritiknya berfokus pada bagaimana kebijakan tersebut diambil tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi rakyat kecil.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Belajar Keberagaman dari Sayyidina Ali
-000-
Nyanyian kritis berbasis riset dan data seperti yang dipraktikkan oleh Faisal Basri, Thomas Piketty, dan Amartya Sen menjadi pandangan alternatif atas kebijakan agar lebih tepat dan adil.
Di tengah derasnya arus kepentingan politik dan ekonomi, kritik berbasis data ini menjadi penjaga keadilan. Ini mengingatkan kebijakan harus selalu diukur dari dampaknya terhadap semua lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir elite.
Nyanyian kritis berbasis riset adalah elemen vital menjaga demokrasi tetap hidup. Tanpa kritik yang terukur dan terinformasi, pemerintah akan berjalan tanpa kendali, berpotensi mengabaikan suara rakyat kecil yang kerap terpinggirkan.