LSI Denny JA: 32,3 Persen Unggahan dan Berita tentang Isu Uang Kuliah Tunggal di Media Bersentimen Negatif
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 12 Juni 2024 14:43 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Hasil riset LSI Denny JA menemukan, 32,3 persen dari 23.772 unggahan dan berita tentang uang kuliah tunggal (UKT) di media online serta media sosial memiliki sentimen negatif.
Sebesar 4,1 persen saja unggahan dan berita yang menunjukkan sentimen positif, sedangkan sisanya netral.
Riset LSI Denny JA ini dijalankan memakai metode analisis komputasi selama 40-an hari, mulai 20 April sampai 31 Mei 2024 dengan merekam tentang percakapan kata kunci uang kuliah tunggal dan UKT terhadap 23.772 data.
Kenaikan UKT ini terjadi setelah keluarnya Permendikbudristek No.2024/2 dan Kepmendikbudristek No. 2024/54 yang mengatur tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi (SSBOPT).
Sejak itu, hampir semua perguruan tinggi negeri menaikkan biaya kuliah. Ada yang naik 2 kali lipat, ada yang naik berkali-kali lipat.
Akhirnya, 28 Mei pemerintah melalui Menteri Nadiem Makarim secara resmi membatalkan kenaikan UKT tahun ini.
Baca Juga: LSI Denny JA: 28 Persen Unggahan tentang Isu Tabungan Perumahan Rakyat di Media Bernada Negatif
Dari total berita dan unggahan mengenai UKT, mayoritas netral. Ini terutama berita dan unggahan yang memberikan informasi mengenai kenaikan UKT, tanpa memberikan penilaian mendukung atau menentang.
Jika unggahan dan berita netral ini kita keluarkan (hanya melihat positif dan negatif), mayoritas pemberitaan dan unggahan di media sosial bersentimen negatif.
Berita dan unggahan yang negatif sebesar 32,3 persen, sedangkan yang positif hanya 4,1 persen.
Platform dengan sentimen negatif paling besar tersebar di X. Di platform ini, mayoritas (62,9 persen) bernada negatif.
Dari hasil penelitian, LSI Denny JA menemukan hasil bahwa UKT ini menjadi isu penting di mata publik.
LSI Denny JA berkesimpulan bahwa kasus UKT menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan mengenai emosi dan sentimen publik sebelum kebijakan dikeluarkan.
“Kasus ini memberi pelajaran berharga apa yang harus dipersiapkan oleh pemerintah sebelum mengeluarkan kebijakan,” demikian LSI Denny JA. ***