Abustan: Mental Kerakyatan dan Kebangsaan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 16 Agustus 2024 10:21 WIB
Oleh Abustan*
ORBITINDONESIA.COM - Ketika menjadi dewan juri baca puisi yang diselenggarakan perkumpulan penulis Indonesia SATUPENA, saya begitu tergugah mendengar seorang gadis cilik membacakan puisi "Karawang Bekasi" karya Chairil Anwar.
Dengan penghayatan total serta suara yang begitu heroik, ia menutup alinea terakhir dengan sangat ekspresif. Merebahkan tubuhnya sambil menengadahkan tangannya: "Kenang, kenanglah kami. Teruskan, teruskan jiwa kami. Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir."
Baca Juga: Abustan: Belajar dari Demokrasi Desa?
Nama Bung Hatta kembali menyegarkan memori kita kembali pada kesederhanaan dan cita-cita Indonesia yang merdeka, kekal dan abadi sepanjang sejarah.
Karena itu, memperingati perayaan HUT Kemerdekaan RI, bangsa Indonesia haruslah selalu mengingat dan mengenang salah satu proklamator bangsa Indonesia, yaitu Bung Hatta. Mantan Wapres pertama RI ini adalah simbol kejujuran, kesederhanaan, kecerdasan dan dikenal berintegritas tinggi.
Dengan demikian, wajiblah kita kenang saat menjelang HUT Kemerdekaan. Apalagi di tengah kehidupan bangsa yang sarat dengan keserakahan, kemunafikan (hipokrisi) dan korupsi yang begitu massif.
Baca Juga: Abustan: Keprihatinan Kampus Selamatkan Demokrasi
Figur Bung Hatta, tentu saja menjadi tepat dan relevan ketika nilai feodalisme, individualistis, dan kapitalisme menggerogoti sendi-sendi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada momen seperti inilah, Bung Hatta menjadi jawaban keteladanan yang dikenal sebagai tokoh yang sangat setia dan konsisten terhadap nilai kebangsaan dan kerakyatan.
Bahkan, lebih dari perjuangan mengusir kolonialisme dan mempertahankan Tanah Air. Dalam pandangan Bung Hatta kemerdekaan sejatinya adalah refleksi kemenangan jiwa manusia yang merdeka dari virus keserakahan dan monopoli dari berbagai aspek kehidupan.
Oleh sebab itu, perayaan 79 tahun kemerdekaan ini warisan mentalitas kolonial yang tak berperikemanusiaan harus dijauhkan dari praktik kekuasaan. Karena itu, perayaan kemerdekaan ini haruslah menyegarkan kembali spirit perjuangan melawan berbagai kesenjangan.
Baca Juga: Abustan: Wajah Rakyat di Puncak Pemilu
Tak dapat diingkari sepanjang tahun ini, kesenjangan hukum dan ekonomi masih saja memprihatinkan dan "membelenggu'" kehidupan rakyat. Akibat ketidaknormalan sistem ini, nampak sangat merusak tatanan moral dalam kehidupan berbangsa.