Puisi Esai: Memilih Tak Menikah Sambil Memelihara Kucing atau Anjing, hingga Kisah Koruptor di Makam Pahlawan
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Sabtu, 10 Agustus 2024 09:17 WIB
Tak ada puisi esai tanpa catatan kaki. Tak ada puisi esai tanpa berpijak pada kisah sebenarnya. Memang puisi esai adalah True Story yang difiksikan, dipuisikan.
-000-
Melalui waktu, konsep besar dalam sejarah, apakah itu agama, ideologi, paham sosial, filsafat juga sastra akan mengalami variasi.
Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Sudah Waktunya Masuk Sekolah
Di tahun 2024, setelah 12 tahun, puisi esai juga mengalami variasi. Sudah terbit lebih dari 150 buku puisi esai, dalam dan luar negeri. Sudah pula berlangsung Festival Puisi Esai ASEAN Ketiga di Malaysia (2023). Ini festival yang sepenuhnya dibiayai pemerintah Sabah, Malaysia.
Di tahun 2024, Festival Puisi Esai Nasional juga memasuki tahun kedua. Bulan Desember ditetapkan sebagai bulan puisi esai.
Variasi atas puisi esai juga terjadi. Pakemnya tetap tak berubah, hanya panjang dan pendeknya yang berubah.
Baca Juga: Rumah Puisi Esai akan Dibangun di Malaysia, Datuk Jasni Matlani Berterima Kasih kepada Denny JA
Di awal kelahirannya, melalui buku puisi esai pertama: Atas Nama Cinta (2012), panjang puisi esai itu sekitar 5000 - 10.000 kata. Jika dibacakan memakan waktu 40-60 menit.
Kini, gerakan puisi esai tahun 2024 memperkenalkan puisi esai variasi mini. Panjang puisi maksimal hanya 500 kata saja, di luar catatan kaki. Jika dibacakan hanya memakan waktu 5 menit.
Pun dalam gerakan puisi esai 2024, penulis muda usia di bawah 25 tahun ambil bagian. Sebanyak 160 penulis muda dari semua pulau besar di Indonesia menulis. Juga termasuk di dalamnya, penulis dari Malaysia, Singapura, dan manca negara.
Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Waktunya Masuk Kampus dan Sekolah
160 puisi esai itu, dengan 16 kakak asuh, dalam 16 buku, akan dipagelarkan di Festival Puisi Esai Nasional ke-2 di Jakarta (Desember 2024), juga Festival Puisi Esai ASEAN ke-4 di Sabah, Malaysia (Juni 2025).