Pilpres Amerika Serikat: Kamala Harris vs Donald Trump Tampilkan Kontras Jelas, Beda dengan Biden vs Trump
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 01 Agustus 2024 04:16 WIB
Perkembangan ini juga melukiskan adanya energi politik Harris yang berhasil menyuntikkan antusiasme publik kepada proses pemilu. Harris juga membangkitkan antusiasme dan optimisme di kalangan pemilih yang pada Pemilu 2020 memilih Demokrat dan Biden.
Menurut jajak pendapat Financial Times pekan ini, 73 persen pemilih Biden pada Pemilu 2020 menyatakan akan mencoblos Harris.
Lain dari itu, masuknya Harris dalam arena Pilpres AS juga mengusik para pemilih Biden pada Pemilu 2020, yang sudah memutuskan golput. Sebelum Biden mundur dari pencalonan, ada 10 persen pemilih Demokrat yang menyatakan akan golput. Tapi kini, angkanya terpangkas menjadi hanya 3 persen.
Apakah ini indikasi Harris akan mengalahkan Trump, yang elektabilitasnya sempat meroket gara-gara percobaan pembunuhan kepada dirinya pada 13 Juli 2024?
Jawabannya masih jauh untuk dipastikan. Tapi jika Harris konsisten menunjukkan tren positif setelah resmi dinobatkan pada awal Agustus nanti, maka Harris mungkin telah meretas kemenangan yang membuka prospek historis sangat menarik mengenai hadirnya wanita pertama yang menjadi presiden di AS.
Tapi, apakah waktunya terlalu singkat bagi Harris yang hanya memiliki waktu 100 hari sejak diresmikan antara 1-5 Agustus sampai pemungutan suara digelar pada 5 November, untuk memenangkan pemilu ini?
Baca Juga: Pendukung Wapres AS Siapkan Kamala Harris untuk Gantikan Joe Biden Jika Mundur dari Pilpres
Jika melihat apa yang terjadi pada Partai Buruh di Inggris dan koalisi kiri di Prancis yang menang besar di bawah persiapan pemilu yang bisa terbilang singkat, maka waktu 100 hari tak akan terlalu singkat untuk Kamala Harris untuk mengubah pendulum suara dalam Pemilu AS 2024.
Waktu mungkin tak berpihak kepada Harris, tapi momentum mungkin lebih dipegang Harris ketimbang Trump, apalagi jika dia tampil mengesankan dalam debat capres pertamanya pada 16 September. Sebaliknya, gagal dalam debat pertama bisa menyulitkan langkah-langkahnya untuk selanjutnya.***