Presiden AS Joe Biden Mengaku Tidak Akan Berhenti Mengatakan Kebenaran Tentang Donald Trump
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 17 Juli 2024 18:50 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pidato kampanye pertamanya sejak upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump, mengulangi seruannya untuk menurunkan suhu dalam politik tetapi menekankan hal itu tidak berarti harus berhenti mengatakan kebenaran.
“Hanya karena kita harus menurunkan suhu dalam politik kita yang berkaitan dengan kekerasan tidak berarti kita harus berhenti mengatakan kebenaran,” kata Joe Biden pada Selasa, 16 Juli 2024, saat berpidato di konvensi Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) di Las Vegas.
Joe Biden menuturkanm sudah waktunya untuk melakukan perbincangan penting di negara tersebut karena politik menjadi terlalu panas. Sebagaimana yang sering dijelaskan selama masa kepresidenannya, dirinya menekankan pentingnya tanggung jawab untuk menurunkan suhu politik dan mengutuk kekerasan dalam bentuk apa pun.
Baca Juga: Presiden Joe Biden Bersyukur Donald Trump Selamat Setelah Ditembak Pada Rapat Umum di Pennsylvania
“Kita harus ingat – di Amerika, kita bukanlah musuh. Kita adalah teman. Kita adalah sesama warga Amerika,” ucapnya.
Mengingat upaya pembunuhan terhadap Trump yang terjadi pada Sabtu, 13 Juli 2024 lalu, Biden mengatakan dia bersyukur bahwa mantan presiden tersebut tidak terluka parah dan mengirimkan doa kepadanya dan keluarganya.
Namun, Biden kemudian mengkritik Trump karena rekam jejaknya dalam bidang ekonomi, layanan kesehatan, kekerasan bersenjata, dan banyak masalah lainnya.
Baca Juga: Setelah Penembakan Donald Trump, Tim Kampanye Presiden AS Joe Biden Ambil Strategi Menahan Diri
Dia mengatakan kepresidenan Trump adalah "neraka" bagi orang kulit hitam Amerika dan menuduhnya mencabut program Obamacare serta mengeluarkan jutaan orang kulit hitam Amerika dari asuransi kesehatan.
“Kekerasan bukanlah jawabannya,” tutur Biden.
Ia menekankan bahwa dia menentang segala bentuk kekerasan, termasuk terhadap orang kulit hitam Amerika seperti George Floyd yang dibunuh pada tanggal 25 Mei 2020 oleh petugas polisi Minneapolis Derek Chauvin yang menekan lehernya dengan lutut selama hampir 10 menit hingga meninggal.
Baca Juga: Presiden Joe Biden Minta Warga Amerika Bersatu Pasca Percobaan Pembunuhan Donald Trump
“Lebih banyak anak di Amerika yang meninggal karena luka tembak dibandingkan penyebab lainnya. Itu menakjubkan dan memuakkan," ujarnya.