DECEMBER 9, 2022
Internasional

FBI Temukan Perangkat Mencurigakan Kedua di Rumah Thomas Matthew Crooks, Tersangka Penembak Trump

image
Ilustrasi - FBI yang menggeledah rumah tersangka Thomas Matthew Crooks (Foto: ANTARA)

ORBITINDONESIA.COM - Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat atau FBI telah menemukan perangkat mencurigakan kedua di rumah Thomas Matthew Crooks, yang merupakan tersangka upaya pembunuhan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump.

The Wall Street Journal melaporkan pada Minggu, 14 Juli 2024 bahwa penyelidik AS telah menemukan alat peledak di mobil Thomas Matthew Crooks. 

“FBI telah menggeledah rumah dan kendaraan penembak untuk mengumpulkan bukti tambahan. Perangkat mencurigakan yang ditemukan di kedua lokasi telah diamankan oleh teknisi bom dan sedang dievaluasi di Laboratorium FBI,” kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan pada Minggu, tentang penggeledahan rumah Thomas Matthew Crooks.

Baca Juga: Siapa Sebenarnya Thomas Matthew Crooks, si Penembak Beruntun Mantan Presiden AS Donald Trump

Pada Sabtu sore, 13 Juli 2024, terjadi tembakan selama acara kampanye Trump di Butler, Pennsylvania. Mantan presiden tersebut menderita luka tembak di telinga kanannya dan sempat dirawat di rumah sakit. Juru bicara Trump, Steven Cheung, mengatakan bahwa mantan presiden AS itu “baik-baik saja.”

"Presiden Trump berterima kasih kepada penegak hukum dan petugas yang langsung bereaksi membantu ketika aksi keji ini terjadi. Dia baik-baik saja dan sedang dalam pemeriksaan di fasilitas medis setempat," kata jubir lewat pernyataan.

FBI sedang menyelidiki insiden tersebut sebagai upaya pembunuhan dan telah mengidentifikasi tersangka pria bersenjata sebagai Thomas Matthew Crooks, 20 tahun, dari Bethel Park, Pennsylvania.

Baca Juga: Presiden Joe Biden Minta Warga Amerika Bersatu Pasca Percobaan Pembunuhan Donald Trump

Pria bersenjata itu membunuh seorang penonton dan melukai dua orang lainnya di antara kerumunan sebelum pasukan US Secret Service menembaknya.

Menurut FBI, penyelidikan atas insiden penembakan yang dialami Trump masih terus dilakukan. Sebelumnya, mereka menyatakan masih berupaya mencari motif di balik peristiwa itu.***

Sumber: Antara

Berita Terkait