Jeritan dan Harapan Anak-anak Pekerja Migran Ilegal Asal Indonesia, Espresi Melalui Puisi Esai
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 20 Juli 2024 11:25 WIB
Mereka bersama membuat buku antologi puisi esai berjudul "Di Ladang Rantau." Penulisnya 2 guru dan 24 siswa Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK).
Saya diberi kabar proses penulisan puisi esai di sana.
“Prosesnya: Bengkel puisi esai 1 hari - kemudian pengayaan oleh guru 1 minggu - kemudian - penulisan 2 minggu - kemudian editing dan layout 2 minggu.
Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Paus Fransiskus Mencuci Kaki Rakyat Kecil Indonesia
Rangkaian proses itu dibantu Badan Bahasa, terutama Datuk Jasni Matlani.”
Ada puisi esai berjudul: Setitik Cahaya, ditulis oleh Adinda Shaumi – Kelas IX.
Ia menggambarkan kisah seorang remaja bernama Muda yang diterima di sekolah impian. Namun Muda mengalami kesulitan karena ditangkap oleh polisi dan dipenjara.
Muda bertemu dengan seorang tahanan lain bernama Tama yang membantunya untuk melarikan diri. Dengan bantuan kunci dari Tama, Muda berhasil kabur dan bertekad membawa "setitik cahaya" bagi keluarganya dan memenuhi harapan ibunya.
Puisi ini mengangkat tema perjuangan, harapan, dan tekad untuk mencapai impian meskipun dihadang oleh berbagai rintangan.
“Pintu besi berhasil dibuka.