DECEMBER 9, 2022
Kolom

Syaefudin Simon: Budhy yang Budhis

image
Budhy Munawar-Rachman (Foto: Youtube)

Gagasan Denny JA kemudian didukung Budhy. Keduanya berusaha menumbuhkan kesadaran di ruang publik untuk memiliki semua agama.  Dan karenanya perlu merayakan hari-hari besar semua agama. 

Melalui media sosial,  Denny dan Budhy menggerakkan kelompok lintas iman  Esotetika-Spiritual di  sosial media. Sejumlah hari-hari besar agama -- seperti Islam, Buddha, Hindu, Kristen, Katholik, Ahmadiyah, Baha'i telah diperingati dengan meriah oleh kelompok  esoterika spiritual antariman ini.

Jika Cak Nur  bergelut dengan pemikiran-pemikiran Islam yang toleran dan kosmopolitan; Mas Djohan mewujudkannya dalam tindakan toleransi antariman, Budhy langsung "masuk dan menghayati"  spiritualitas antariman. Budhy ikut "sembahyang"  bersama mereka. Dan merasa memiliki agama mereka. 

Baca Juga: HEBOH, Kuil Buddha di Thailand Dibiarkan Kosong karena Seluruh Biksu Positif Narkoba

Itulah sebabnya, banyak kaum  agamawan non Islam menganggap Budhy sebagai salah seorang dari tokoh mereka. Ada seorang biksu yang menyatakan, wajah Budhy yang tenang, cerah, dan penuh senyum, terlihat  lebih budhis ketimbang orang Budha.

Seorang pastor menyatakan, sosok Budhy lebih katolik ketimbang orang Katolik. Begitu pula, tokoh-tokoh agama  lain. Budhy adalah bagian dari mereka. Bahkan melampaui "keimanan"  mereka. 

Dalam sebuah peringatan Weisak 2024 di Jakarta, penyair Ahmad Gaus yang sudah "membudhy" membacakan puisinya yang sangat Indah tentang agama Budha.

Baca Juga: Budhy Munawar Rachman: Sekolah dan Lembaga Pendidikan Justru Mendorong Keberagamaan yang Eksklusif

Puisi Ahmad Gaus
SANG BUDDHA
 
Kukenal dia samar-samar
Buddha Gautama, namanya
Hadir dalam ingatanku sebagai bongkahan batu gunung yang dipahat
Dijadikan patung di kuil raja
Lalu disembah oleh orang-orang musyrik
Di akhirat nanti, mereka akan dipanggang
di jurang neraka
Bersama patung yang mereka sembah

Beribu-ribu burung gaib datang silih berganti
Membawa dupa, lilin, makanan, dan air suci
Diletakkan di depan patung yang sedang tenggelam dalam diam
Aku tidak mengerti
Bagiku itu adalah perbuatan syirik, menyekutukan Tuhan
Tapi memang aku menyaksikan sendiri
Bagaimana bulan, bintang, matahari, angin dan petir, tunduk pada ketenangan patung itu

Kuhampiri ia
Kuucapkan kata-kata kasar yang kucuri dari sebuah mimbar
Tapi ia tetap saja diam tanpa ekspresi
Tidak menampakkan kemarahan
Tidak juga keluhan, kesedihan, atau rasa takut.

Baca Juga: Indonesia Dianugerahi Dua Arca Buddha Raja Thailand akan Ditempatkan di Serdang Bedagai dan Kota Medan

Kata-kata itu malah berbalik ke arahku
Menghantamku bagai hujan deras yang mengerang 
Menceburkan diriku ke samudera pasang
O, betapa dalam
Betapa dalam kebodohanku
Aku tidak pernah tahu siapa yang bersembunyi di tubuh patung itu

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait