Taufan Hunneman: Kontribusi Indonesia Dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 30 Juni 2024 23:26 WIB
Tetangga yang akan segera datang menolong, bukan saudara kandung yang tinggal berjauhan. Good neighbour policy diyakini bisa diterapkan dalam kehidupan bernegara. Sikap saling menghormati dan menghargai, menjadi opsi untuk penyelesaian sengketa wilayah yang terjadi.
Namun yang terjadi hari ini ada paradoks, ketika di kawasan Asia Tenggara terjadi potensi konflik yang tak kunjung terselesaikan, yaitu di Laut Cina Selatan (LCS).
Tak berapa lama setelah Shangri-La Dialogue berakhir, sudah terjadi insiden tabrakan kapal China dan Filipina pada pertengahan Juni lalu. Insiden seperti ini sudah berkali-kali terjadi, kapal penjaga pantai China juga pernah menyemprotkan air ke kapal Filipina.
Baca Juga: GMNI: Calon Pemimpin Indonesia Mendatang Harus yang Paham Geopolitik Global
Saat itu kapal Filipina hendak mengirim logistik ke pasukannya di kapal tua BRP Sierra Madre, yang sengaja dikandaskan di Beting Second Thomas.
Beting Second Thomas atau gugus karang Second Thomas, masuk dalam Kepulauan Spratly di LCS. Selain Beting Second Thomas, ada berbagai gugus karang dan pulau lain di kepulauan itu.
Salah satu pulau pentingnya adalah bernama Pulau Spratly (sama dengan nama kepulauan) yang berada di bawah kendali Vietnam. Di wilayah Kepulauan Spratly, klaim yang tumpang tindih dilakukan oleh China, Filipina, Vietnam, Brunei, serta Malaysia. Bangunan serta infrastruktur juga dibangun beberapa negara pengklaim.
Dengan 10 garis putus-putusnya, perkembangan terbaru dari sembilan garis putus-putus (nine-dash line), China mengklaim hampir seluruh perairan LCS. Terlebih sebagian besar kebutuhan energi China dikirim melalui laut itu. LCS tak ubahnya halaman depan China.
Indonesia kembali bisa berperan dalam upaya menghindari konflik, lebih bagus lagi ikut mendorong solusi damai secara permanen, seperti yang pernah disampaikan Prabowo dalam forum Shangri-La kemauan hidup berdampingan dengan damai (coexistence), kolaborasi, serta membangun kompromi.
Bila konflik terbuka tidak bisa dihindari, stabilitas di Asia Tenggara, bahkan Indo-Pasifik, bisa guncang, dan seluruh dunia akan merasakan dampaknya mengingat arti strategis dari kawasan ini. Indo-Pasifik adalah rumah bagi 62 persen populasi dunia, serta menyumbang 62 persen PDB dunia dan 46 persen perdagangan global.
Baca Juga: Hasto Kristiyanto: Visi Misi Ganjar Berkaitan Dengan Geopolitik dan Diplomasi Luar Negeri
Di tengah kekacauan akibat perang di Ukraina, tragedi di Gaza, dan berbagai potensi konflik di kawasan lain, perang terbuka di LCS dan Indo-Pasifik jelas akan menjadi pukulan telak, yang dapat membuat dunia menuju masa suram. Mari menanti kontribusi Indonesia dalam solusi damai aras global.