Bachtiar Aly: Quo Vadis Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Senin, 10 Juni 2024 12:18 WIB
Bagi China, terbukanya hubungan diplomatik berarti dapat menarik investor dari AS dan negara-negara Barat lainnya untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan penghasilan penduduknya, alih teknologi sekaligus mengirimkan ratusan ribu generasi mudanya untuk memperdalam ilmu pengetahuan di AS, Eropa, Jepang, Kanada dan Australia.
Hubungan dan kerjasama dengan negara-negara yang bertransformasi dari system sosialis ke sistem kapitalis di Eropa Timur, termasuk Rusia terus berlanjut, walaupun pernah terjadi konflik antara China dan Rusia di perbatasan kedua negara.
Di titik inilah, kedua negara tersebut, AS dan China mendapat manfaat dengan terbukanya hubungan diplomatik tersebut. Kerjasama di bidang pendidikan berlanjut dengan kerjasama di berbagai penelitian, pertukaran mahasiswa, terbukanya kesempatan bagi mahasiswa untuk bekerja di berbagai perusahaan di negara-negara Barat, yang akhirnya mendorong perkembangan ekonomi di China dengan cepat. Selain itu mengalirnya para pakar dari berbagai bidang dari negara-negara barat semakin cepat mendorong alih teknologi dan integrasi China ke pasar dunia.
Baca Juga: Menlu Retno Marsudi: Dewan Keamanan PBB Tidak Boleh Menoleransi Perang Apalagi Genosida di Palestina
Manfaat lainnya adalah, hasil export China menghasilkan cadangan devisa yang mencapai 3 triliun dollar, dan 1,3 triliun diinvestasikan di surat utang pemerintah AS, treasury bond. Namun sehubungan perkembangan geopolitik dan ekonomi, jumlah tersebut semakin berkurang menjadi 800 triliun dollar lebih.
Pengaruhnya pada perubahan politik luar negeri banyak negara
Sebelum terjadinya pendekatan antara China dengan AS, politik luar negeri negara-negara yang menjadi sekutu AS maupun dekat dengan AS tidak memiliki atau memutuskan hubugan diplomatik dengan China selama perang dingin.
Baca Juga: Menlu Retno Marsudi: Uni Eropa Harus Konsisten Hormati Hukum Internasional di Isu Palestina dan Gaza
Kebijakan satu China, yaitu mengakui Taiwan berubah total, yaitu mengakui Republik Rakyat China sebagai satu-satunya yang mewakili China dan menerimanya di Dewan Keamanan PBB. Hal yang sama berlaku juga bagi Indonesia dengan membuka kembali hubungan diplomatik dengan China.
Dari pemaparan kedua system ekonomi dan politik yang hingga kini mempengaruhi perkembangan dunia tersebut, dapat ditarik kesimpulan, bahwa selain kerjasama dan persaingan antar negara, cooperation and competition, sampai terjadinya konflik terbatas di tingkat regional sampai perang dunia.
Politik luar negeri sebuah negara tidak lepas dari perubahan yang terjadi di tingkat global.
Kini situasi dunia mengalami perubahan kembali. Kerjasama yang telah dirintis berkembang menjadi persaingan yang semakin tajam, utamanya antara AS dan China. Mau tidak mau banyak negara harus memikirkan ulang kebijakan luar negerinya, tanpa harus mengorbankan hubungan baik dengan banyak negara.