Puisi
Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (6): Samin Terkapar di Anyer Sampai Panarukan
- Penulis : Krista Riyanto
- Kamis, 09 Mei 2024 08:05 WIB
Setelah doa khusyuk, Yudi taburkan bunga itu.
Ia siramkan juga air mawar itu ke tanah.
Suasana hening.
Angin bertiup pelan,
membawa ribuan tetes air mata, dari masa lalu yang sangat jauh.
Bulu kuduk Maya berdiri.
Dari dalam tanah,
ia seolah mendengar longlong panjang ribuan burung yang sekarat.