Perkosaan Massal di Kerusuhan Mei 98 Jakarta dalam Puisi Esai Denny JA, DARI SEJARAH YANG DILUPAKAN
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 09 Desember 2022 07:33 WIB
Inilah lingkaran kekerasan berbasis gender, yang menjelaskan bagaimana tubuh perempuan dijadikan “alat” dalam konflik. Dan memberikan keabsahan untuk balas dendam, yang akan menjadikan perempuan kembali sebagai sasaran kekerasan dalam setiap konflik.
Dapat dikatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan di dalam situasi konflik, bukan sebagai dampak, tetapi merupakan kekerasan sistemik berdimensi gender.
Penuturan kembali pengalaman perempuan adalah upaya membangun ingatan kolektif perempuan penyintas kekerasan oleh negara. Juga upaya untuk menyingkap struktur ketidakadilan dan kekuasaan politik yang menggunakan kekerasan, dan telah menyebabkan jatuhnya korban.
Pengalaman kekerasan para perempuan penyintas tersebut merupakan kisah-kisah traumatik dan bertahan hidup bagaimana mereka mengatasi ketidakadilan dan stigmatisasi yang berlanjut.
Narasi tersebut diharapkan akan membuka “ruang”sejarah baru untuk kebenaran dan keadilan.
Penuturan kembali kisah berbasis pengalaman korban adalah upaya penting yang berfungsi untuk: Pertama, mengambil bagian persoalan dan realitas yang selama ini sudah dimaknai secara sepihak oleh penguasa.
Kedua, memaknai kembali bahasa korban untuk menjadi sumber penyusunan kembali sejarah.
Ketiga, menciptakan ruang bersama yang berpegang pada hati nurani. Keempat, penerimaan kembali akan kebenaran untuk memulihkan tatanan sosial dan budaya yang terbelah akibat konflik.
Kelima, memutus rantai impunitas dengan mendorong tumbuhnya kesadaran kolektif akan struktur yang adil dan praktik- praktik kekerasan yang berasal dari pengalaman korban.
Penulisan pengalaman perempuan-perempuan korban ini merupakan upaya untuk menghentikan “politik pembungkaman”, yang lazim digunakan oleh para pelaku kekerasan sebagai alat teror agar korban dan masyarakat dicengkam rasa takut.