Resensi Buku Collapse (2005): How Societies Choose to Fail or Succeed Karya Jared Diamond
- Penulis : Irsyad Mohammad
- Senin, 04 Agustus 2025 17:50 WIB

Pilihan Ada, Tapi Tidak Selalu Diambil
Judul panjang buku ini mengandung kata-kata yang sering diabaikan: How Societies Choose to Fail or Succeed. Kata “choose”—memilih—bukan sekadar hiasan. Bagi Diamond, keruntuhan bukan nasib buta. Ia adalah hasil akumulasi pilihan: antara melestarikan atau menguras, antara mereformasi atau mempertahankan kemapanan, antara mendengar suara lingkungan atau menutup telinga demi keuntungan jangka pendek.
Bangsa Viking di Greenland menjadi studi kasus yang menggigit. Mereka membangun masyarakat agraris Eropa mini di tanah beku yang tidak ramah. Alih-alih menyesuaikan diri dengan praktik masyarakat Inuit yang lokal dan tangguh, mereka tetap mempertahankan gaya hidup yang tidak cocok.
Baca Juga: Resensi Buku Age of Empire: 1875–1914: Sihir Kekuasaan dan Darah Koloni
Mereka tidak memakan ikan—padahal ikan melimpah—karena dianggap tidak sesuai budaya. Akhirnya, mereka musnah perlahan dalam kebekuan yang keras kepala. Bukan karena kekurangan teknologi, tetapi karena keengganan untuk mengubah cara hidup.
Dalam setiap contoh, Diamond tidak hanya menunjukkan bahwa keruntuhan itu mungkin, tapi juga bahwa ia “terlihat jauh sebelum datang.” Para pemimpin masyarakat kuno sering kali tahu mereka menghadapi krisis. Tapi perubahan berarti mengguncang kekuasaan, status, dan ideologi. Maka lebih mudah untuk menyangkal, mengalihkan, atau menunda. Dan ketika akhirnya tindakan diambil, sering kali sudah terlambat.
Buku ini terasa sangat politis justru karena tidak berbicara tentang politik secara langsung. Ia tidak menyebut nama pemimpin kontemporer, tapi menggambarkan pola-pola yang terasa sangat akrab: pertumbuhan tak terkendali, konflik kepentingan, kebijakan jangka pendek, dan masyarakat yang terlalu sibuk untuk memperhatikan keretakan di fondasinya sendiri.
Baca Juga: Resensi Buku Bayangan yang Tumbuh dari Revolusi: Membaca The New Class (1957) Karya Milovan Djilas
Diamond memberi kita struktur lima faktor yang berkontribusi terhadap keruntuhan suatu masyarakat: kerusakan lingkungan, perubahan iklim, hubungan dengan tetangga, hubungan perdagangan, dan bagaimana masyarakat merespons tantangan itu. Tapi struktur itu bukan hanya kerangka analisis. Ia adalah peringatan dini bagi kita yang hidup di tengah krisis global yang terus kita normalisasi.
Kita Adalah Pulau Paskah yang Lebih Besar
Banyak pembaca Collapse menutup bukunya dengan rasa ngeri yang tenang. Bukan karena gaya Diamond yang apokaliptik—justru karena dia tidak menulis dengan gaya kiamat. Ia menulis dengan kesabaran seorang dokter: mendiagnosis, menjelaskan, dan memberi pilihan. Dunia tidak harus runtuh. Kita masih punya peluang. Tapi peluang itu mengecil setiap kali kita memilih untuk tidak bertindak.
Yang membedakan Collapse dari karya-karya lain tentang kehancuran adalah bahwa Diamond juga menunjukkan contoh-contoh masyarakat yang berhasil bertahan. Seperti di pulau Tikopia di Pasifik, di mana masyarakat kecil mampu mempertahankan keseimbangan ekologis selama lebih dari 3.000 tahun.