DECEMBER 9, 2022
Buku

Resensi Buku Collapse (2005): How Societies Choose to Fail or Succeed Karya Jared Diamond

image
Sumber gambar: tokopedia.com

Mereka membatasi kelahiran, mengelola lahan dengan cermat, dan bahkan mengambil keputusan radikal untuk memusnahkan populasi babi karena terlalu boros energi. Itu bukan tindakan irasional, melainkan bentuk rasionalitas kolektif yang langka: memilih keberlanjutan di atas kenyamanan.

Dengan itu, Collapse juga adalah buku harapan. Ia tidak menutup pintu. Tapi harapan di sini bukanlah optimisme kosong. Ia adalah tantangan: beranikah kita memilih jalan sulit untuk masa depan yang layak? Ataukah kita akan menjadi peradaban yang hanya meninggalkan jejak beton dan data karbon?

Membaca Diamond hari ini, ketika dunia terjebak dalam krisis iklim, air, pangan, dan energi, terasa seperti membaca prolog dari drama yang belum rampung. Tapi kita bukan hanya penonton. Kita bagian dari cerita itu. Dan, seperti yang ditulisnya: “The choice is ours, not only as individuals, but as societies.”

Baca Juga: Resensi Buku Age of Empire: 1875–1914: Sihir Kekuasaan dan Darah Koloni

Penutup

Yang paling mendalam dari Collapse adalah bahwa ia tidak mengajarkan kita untuk takut akan keruntuhan, tetapi untuk mengenali tanda-tandanya sebelum terlambat. Ia mengajarkan bahwa peradaban bukanlah sesuatu yang permanen.

Semua bisa hilang. Bukan dengan ledakan besar, tapi dengan kelelahan yang lambat, dengan ketidakpedulian kolektif yang konstan, dan dengan keputusan-keputusan kecil yang tampak sepele—tapi diakumulasikan dalam sejarah.

Baca Juga: Resensi Buku Bayangan yang Tumbuh dari Revolusi: Membaca The New Class (1957) Karya Milovan Djilas

Jika Guns, Germs, and Steel adalah kisah bagaimana peradaban naik ke panggung dunia karena keberuntungan ekologis, maka Collapse adalah cerita tentang bagaimana peradaban-peradaban itu menyingkirkan dirinya sendiri dari panggung—dengan tangan mereka sendiri.***

Halaman:

Berita Terkait