Catatan Denny JA: Kearifan di Balik Abolisi Tom Lembong dan Amesti Hasto Kristiyanto
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 01 Agustus 2025 06:03 WIB

Ia tahu, pembangunan hanya tumbuh di tanah damai. Dan damai hanya tumbuh jika luka masa lalu tak terus diwariskan sebagai racun.
Mungkin publik masih diam. Tapi di balik diam itu, ada gema harapan: bahwa negeri ini sedang belajar menyembuhkan, bukan menambah luka.
Bahwa yang menyelamatkan republik bukan tangan yang mengepal, tetapi tangan yang terbuka.
Baca Juga: Kejagung Beberkan Kasus Korupsi Impor Gula di Kementerian Perdagangan yang Jerat Tom Lembong
Abolisi dan amnesti adalah perangkat hukum. Tapi sesungguhnya, yang diuji bukan hanya konstitusi, melainkan jiwa kolektif bangsa ini.
Apakah kita cukup bijak untuk tidak larut dalam balas dendam?
Apakah kita mampu memaafkan tanpa melupakan?
Baca Juga: KPK Panggil Hasto Kristiyanto untuk Diperiksa Sebagai Tersangka
Apakah kita bersedia berjalan ke depan—bukan dengan kemarahan, tapi dengan kebijaksanaan?
Tahun 2025 akan tercatat, bukan karena hukum dilemahkan, tetapi karena hukum menemukan wajah baru: wajah kemanusiaan.
Di dunia yang kian gaduh oleh kebencian, negara yang bisa memaafkan bukanlah negara yang lemah, melainkan negara yang telah dewasa.
Baca Juga: KPK Tahan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto
Karena keberanian sejati bukan membalas luka, melainkan mengubah luka menjadi jembatan.***