Catatan Denny JA: Minyak, Bisnis, dan Politik di Era Artificial Intelligence
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 23 Juli 2025 10:25 WIB

-000-
Minyak adalah paradoks. Ia berkah yang bisa membiayai sekolah, rumah sakit, dan infrastruktur.
Tapi ia juga kutukan yang menyuburkan korupsi, merusak demokrasi, dan menghancurkan ekosistem.
Baca Juga: Tentang Pemilu Curang, Efek Bansos, Sampai Hak Angket, Inilah Analisis Denny JA
Sejak sumur pertama di Dammam 1938 menyembur, sejarah dunia seolah berubah menjadi novel distopia. Perang terjadi demi minyak, rezim jatuh karena harga minyak, dan negara-negara menjadi pecandu anggaran dari sumur yang makin tua.
Dari gurun Saudi hingga rawa-rawa Nigeria, dari rig-rig di Alaska hingga kilang di Balikpapan, kita menyaksikan pola berulang: ketika energi dikendalikan tanpa etika, ia akan menjadi senjata yang menghantam balik penciptanya.
Indonesia sendiri tak kebal. Di balik subsidi BBM yang menyenangkan rakyat, tersembunyi jurang fiskal yang mengintai. Di balik pundi-pundi migas, ada potensi jebakan Venezuela.
Baca Juga: Hilangnya Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024 dan Kisah 4 Presiden Menurut Analisis Denny JA
Lantas, di mana titik keseimbangannya?
-000-
Ketika manusia pertama kali menemukan api, ia menghangatkan gua dan mengusir malam. Tapi kemudian, manusia belajar menyulut bahan bakar. Dan kini, kita sampai pada titik ketika mesin mulai menyulut bahan bakar tanpa kita.
AI (artificial intelligence) adalah api kedua.