Denny JA Merekam Luka Sejarah Dalam Tujuh Buku Puisi Esai
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 04 Juli 2025 18:24 WIB

Dari Kekerasan Seksual Era Pendudukan Jepang ke Kengerian Perang Dunia, dari Kartini ke Mao Zedong
Jakarta, 3 Juli 2025
ORBITINDONESIA.COM - Dari lorong-lorong gelap sejarah hingga ruang batin terdalam manusia, Denny JA menghadirkan heptalogi puisi esai yang mengguncang kesadaran kita tentang masa lalu.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Prabowo Subianto Sangat Populer, Tapi Publik Mulai Cemas Tentang Ekonomi
Tujuh buku. Tujuh babak sejarah. Tujuh luka kolektif yang selama ini hanya tergores samar dalam buku pelajaran.
Karya terbaru, “Yang Menggigil dalam Arus Sejarah” (2025), melengkapi serial ini. Berbeda dari enam buku sebelumnya yang fokus pada sejarah Indonesia, buku ketujuh ini melintasi batas negara.
Ia menyuarakan korban-korban Revolusi Prancis, Holocaust, pembantaian di Nanking, sampai anak-anak yang menjadi yatim oleh bom di Hiroshima.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Dilema Batin Petugas Perbatasan dan Luka Sosial Lainnya
Semua buku ini memakai format khas ciptaan Denny JA: puisi esai, sebuah genre baru yang memadukan narasi puitik dengan riset sejarah.
Genre ini telah berkembang menjadi gerakan sastra lintas batas, dengan komunitas di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara. Ia menjadi agenda utama dalam Festival Puisi Esai ASEAN yang kini telah digelar sebanyak empat kali.
“Sejarah resmi menulis pahlawan. Tapi puisi esai menulis korban,” kata Denny JA, dalam peluncuran bukunya yang ketujuh.
Menurut Penerbit CBI, yang menjadi sumber utama, proyek heptalogi ini bukan hanya proyek literer, melainkan arsip nurani kolektif bangsa dan dunia.