DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Bumi yang Terluka

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Jika bumi adalah tubuh, maka ladang minyak adalah lukanya. Luka yang digali setiap hari, tanpa pernah dijahit. 

Luka yang mengeluarkan darah berupa CO₂, dan napas berupa sulfur.

Menurut studi Harvard (2021), polusi udara dari bahan bakar fosil menjadi penyebab 1 dari 5 kematian dini di dunia. Sekitar 8,7 juta jiwa melayang setiap tahun—lebih dari gabungan semua korban konflik bersenjata abad ke-21.

Baca Juga: Sebulan Menuju Kemenangan Prabowo-Gibran Terbuka Lebar, Inilah Analisis Denny JA   

Dan data IPCC menunjukkan: 89% emisi karbon berasal dari pembakaran minyak, gas, dan batu bara. Di seluruh dunia, ladang minyak tua mengkontaminasi tanah. 

Kilang lepas pantai mencemari laut. Kota pesisir terancam naiknya permukaan air.

Kalimantan Timur, misalnya, menyimpan cerita muram tentang tanah yang dulunya subur berubah menjadi lumpur toksik setelah eksploitasi minyak dan gas.

Baca Juga: Seberapa Besar Efek Elektoral dari Aksi Protes di Kampus Terhadap Calon Presiden? Inilah Analisis Denny JA

Dunia ini terbakar. Dan kita menyiramnya dengan bensin.

Suku Ogoni di Nigeria. Suku Shuar di Amazon. Suku Dayak di Kalimantan. Komunitas First Nations di Kanada. Semua memiliki satu cerita yang mirip: tanah dirampas, air tercemar, dan suara mereka dibungkam.

Di Indonesia, blok Mahakam di Kalimantan Timur telah lama menjadi ladang emas hitam bagi negara, tapi bagi warga sekitarnya, ia adalah ladang polusi. 

Baca Juga: Akankah Pilpres 2024 Berlangsung Satu Putaran? Inilah Analisis Denny JA

Di Papua, eksplorasi migas mengancam hutan adat yang menjadi nadi kehidupan spiritual masyarakat lokal.

Halaman:

Berita Terkait