Membaca Hannah Arendt lewat Layar dalam Peringatan 50 Tahun Wafatnya Sang Filsuf di Goethe-Institut
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 18 Juli 2025 00:01 WIB

ORBITINDONESIA.COM – Dalam rangka 50 tahun wafatnya filsuf dan pemikir politik Hannah Arendt (1906 1975), Goethe-Institut Indonesien bersama Yayasan Jurnal Perempuan menyelenggarakan program pemutaran film Hannah Arendt (karya Margarethe von Trotta, 2012) dan diskusi bertajuk “Membaca Arendt Lewat Layar: Politik Harapan di Tengah Banalitas”.
Berlangsung di GoetheHaus Jakarta pada Jumat, 18 Juli 2025, pukul 17.00 WIB, program ini akan mengeksplorasi film Hannah Arendt sebagai medium filsafat visual yang menegosiasikan persoalan harapan di tengah kemelut “banalitas kejahatan”.
Pemutaran film dan diskusi ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan setengah abad wafatnya Arendt yang berlangsung sejak Mei hingga Desember 2025.
Baca Juga: Usman Kansong: Hannah Arendt Platz dan Hannah Arendt StraBer
Rangkaian program peringatan ini bekerja sama dengan sejumlah mitra seperti Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, C2O Library & Collabtive, dan Yayasan Jurnal Perempuan.
Setelah dua acara sebelumnya digelar secara daring dan di Surabaya, program kali ini menjadi yang pertama kali diadakan di GoetheHaus Jakarta.
Hingga Desember tahun ini, sejumlah akademisi, pekerja seni, dan aktivis dari dalam dan luar negeri dihadirkan untuk menggali relevansi pemikiran Arendt dalam konteks kontemporer, terutama dalam bidang filsafat, kajian budaya, dan politik.
Baca Juga: Filsafat dan Cinta di Hari Valentine: Martin Heidegger dan Hannah Arendt
Film drama biografi Hannah Arendt berpusat pada kehidupan Arendt dan menyoroti salah satu periode paling penting dalam hidupnya: pengadilan Adolf Eichmann tahun 1961 dan penerbitan karya monumental Eichmann in Jerusalem: A Report on the Banality of Evil.
Diperankan oleh aktris ternama Jerman, Barbara Sukowa, tokoh Arendt ditampilkan sebagai sosok visioner yang senantiasa bergulat dengan pergolakan batin dan konflik pribadi yang mendalam.
Gagasan utama dalam keseluruhan program menggarisbawahi bagaimana sinema dapat menjadi wahana penyampaian pesan-pesan tersirat.
Baca Juga: Tahafut at-Tahafut, Buku Ibnu Rusyd yang Membela Pemikiran Filsafat yang Dikritik Al Ghazali
Dalam konteks film ini, pesan Arendt mengenai natality dihadirkan sebagai sebuah kait: bahwa harapan politis-etis masih mungkin muncul lewat kapasitas manusia memulai yang baru, bahkan setelah terjadinya trauma kolektif.