Catatan Denny JA: Pertamina, dari Sumur Minyak Rakyat ke Rantai Global
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 07 Juli 2025 18:41 WIB

Sejarah Pertamina tidak bisa dimulai tanpa menyebut satu nama: Ibnu Sutowo.Di tahun 1957, ketika Indonesia masih terhuyung mencari bentuk pasca-kemerdekaan, Ibnu mendirikan Permina (Perusahaan Minyak Nasional).
Ia bukan sekadar jenderal, tapi visioner. Ia percaya: jika Indonesia ingin berdaulat, maka ia harus menguasai energinya sendiri.
“Oil is power,” begitu keyakinannya. Di tangannya, Permina berkembang menjadi Pertamina setelah merger dengan Permigan (1968).
Baca Juga: Catatan Denny JA: Perbanyak Sastra di Ruang Publik
Dan di masa itu, Pertamina bukan hanya perusahaan. Ia menjadi negara dalam negara:
• Mempunyai pesawat eksekutif sendiri.
• Mendirikan rumah sakit, sekolah, bahkan jaringan intelejennya.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Prabowo Subianto Sangat Populer, Tapi Publik Mulai Cemas Tentang Ekonomi
• Memberi gaji yang lebih besar dari kementerian.
• Menjadi sponsor utama proyek-proyek negara.
Tapi ketika kekuasaan terlalu terpusat, idealisme pun bisa mengeras jadi kroniisme.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Dilema Batin Petugas Perbatasan dan Luka Sosial Lainnya
Tahun 1970-an adalah masa puncak kejayaan Pertamina. Harga minyak melonjak akibat embargo OPEC. Pendapatan mengalir deras. Indonesia pun bermimpi menjadi raja minyak Asia.