DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Dilema Batin Petugas Perbatasan dan Luka Sosial Lainnya

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Membaca 10 Puisi Esai Pemenang Lomba Festival Puisi Esai ASEAN ke‑4, Juni 2025, di Malaysia

ORBITINDONESIA.COM - Di Semporna dan Sandakan, dua kota di pantai timur Sabah, perahu-perahu kecil nyaris tak terdengar datang dari perairan Laut Sulu.

Mereka membawa manusia yang tak lagi punya tanah, dokumen, bahkan kadang nama yang sah secara negara.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Puisi, dan Apapun, tak Pernah Cukup, Lalu Mengapa Lahir Puisi Esai

Ibu-ibu dengan bayi dalam gendongan, lelaki-lelaki tanpa paspor, anak-anak yang belum pernah sekolah.

Menurut UNHCR dan Kementerian Dalam Negeri Malaysia, hingga 2023, terdapat lebih dari 800.000 migran tak berdokumen di Malaysia.

Sebagian besar mereka menetap di Sabah. Mereka bukan teroris. Mereka melarikan diri dari kemiskinan di Mindanao, Sulawesi, atau Kalimantan.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Ketika Kita Diam Saja Melihat 1300 Anak-anak Dibunuh

Namun, ketika mereka melangkah di negeri orang, satu garis tak kasat mata berubah menjadi tembok baja: hukum.

Dan di balik tembok itu, berdirilah petugas.

Ia tidak menulis aturan, tapi harus menjalankannya. Ia tak pernah melihat wajah orang-orang ini sebelumnya, tetapi ia harus menolak mereka datang.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: 100 Tahun Gedung Bunga Rampai

-000-

Halaman:

Berita Terkait