DECEMBER 9, 2022
Internasional

Pemerintah China Respon Pemimpin Spiritual Tibet, Dalai Lama tentang Reinkarnasi Calon Penerusnya

image
Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama (Foto: Free Tibet)

ORBITINDONESIA.COM - Pemerintah China memberikan respon soal pernyataan Dalai Lama ke-14 yang mengumumkan akan bereinkarnasi setelah kematiannya dan calon penerusnya tersebut hanya dapat diidentifikasi oleh lembaga yang ia pimpin.

"Reinkarnasi dalam ajaran Buddhisme Tibet adalah cara pewarisan yang unik. Reinkarnasi Dalai Lama, Panchen Lama, dan tokoh Buddha besar lainnya harus dipilih berdasarkan tradisi yang berlaku, melalui pengundian dari guci emas dan disetujui oleh pemerintah pusat," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Jumat, 4 Juli 2025.

Dalai Lama ke-14 pada Rabu, 2 Juli 2025 melalui video dari Dharamshala, India, mengumumkan bahwa setelah kematiannya ia akan bereinkarnasi sebagai pemimpin spiritual berikutnya dan hanya lembaga yang dipimpinnya, Gaden Phodrang Trust, yang dapat mengidentifikasi penggantinya.

Baca Juga: Tim Ilmuwan China Kembangkan Perangkat Baru yang Konversi Gesekan Ban Jadi Energi Bersih

"Tidak ada orang lain yang memiliki wewenang seperti itu untuk ikut campur dalam masalah ini. Sesuai dengan tradisi masa lalu, pencarian reinkarnasi saya dan penunjukan Dalai Lama ke-15 akan dilakukan," kata Dalai Lama di Dharamshala.

Siklus reinkarnasi merupakan inti dari agama Buddha Tibet. Namun, tidak seperti makhluk biasa yang terlahir kembali tanpa keinginan karena adanya karma, seorang guru spiritual yang dihormati seperti Dalai Lama diyakini dapat memilih tempat dan waktu kelahirannya kembali.

"Pemerintah Tibet yang disebut-sebut dalam pengasingan adalah kelompok separatis yang terbiasa membuat rumor dan kebohongan tentang Tibet dan sama sekali tidak memiliki kredibilitas," tambah Mao Ning.

Baca Juga: Imigrasi Amankan Dua WNA Asal China di Jakarta Utara, Pamuji Raharja: Mendukung Arahan Presiden

Dalai Lama ke-14 sendiri, ungkap Mao Ning, juga menjadi Dalai Lama dengan prosedur serupa dan disetujui oleh pemerintah pusat China saat itu untuk menjabat.

"Reinkarnasi Dalai Lama harus mematuhi prinsip yang berlaku, mengikuti ritual keagamaan dan adat istiadat berdasarkan sejarah. Hal tersebut itu harus dilakukan sesuai dengan hukum dan peraturan nasional," ungkap Mao Ning.

Mao Ning pun meminta pihak-pihak di luar China untuk sepenuhnya menyadari sensitivitas soal Tibet dan mengakui gerakan separatisme anti-China dari Dalai Lama ke-14.

Baca Juga: Presiden AS Donald Trump: Kesepakatan Dagang dengan China Telah Ditandatangani

"Pihak-pihak lain harus berhati-hati dalam perkataan dan tindakan, hentikan penggunaan isu-isu terkait Tibet untuk mencampuri urusan dalam negeri China," kata Mao Ning.

Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso diakui sebagai reinkarnasi ke-14 pada usia dua tahun. Ia memegang kekuasaan penuh pada usia 15 tahun dan melarikan diri dari Tibet empat tahun kemudian ketika pasukan Tiongkok menghancurkan pemberontakan di ibu kota Tibet, Lhasa, pada 1959.

Ia melarikan diri ke Dharamshala, India dan mendirikan pemerintahan di pengasingan di Dharamshala serta melakukan kunjungan ke berbagai negara di Amerika dan Eropa. Pada 1989, Dalai Lama ke-14 menerima penghargaan Nobel Perdamaian.

Baca Juga: AI Bantu Deteksi Tanda Awal Kanker Lambung pada Pemindaian CT di China

Pada 2011, Dalai Lama ke-14 menyerahkan jabatan politiknya kepada kepala pemerintahan Tibet di pengasingan yang dipilih secara demokratis dan hanya mempertahankan perannya sebagai kepala spiritual rakyat Tibet.

Sementara di China, pemerintah China mengatakan pihaknya berhak menyetujui penerus Dalai Lama sebagai warisan dari masa kekaisaran serta mengakui tokoh tertinggi kedua dalam Buddhisme Tibet setelah Dalai Lama yaitu Panchen Lama.

Pemerintah China memilih Gyaincain Norbu sebagai Panchen Lama ke-11 pada 1995 saat berusia 5 tahun, untuk menegaskan bahwa pihaknya yang berwenang untuk menyetujui pemimpin tertinggi Budhisme Tibet.

Baca Juga: Luthfi Yazid dari DePA-RI Mewakili Indonesia Tandatangani MoU dengan Asosiasi Advokat Beijing China

Pada 6 Juni 2025 lalu, Panchen Lama bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Beijing dan berjanji berperan lebih dalam memperkuat rasa kebersamaan bagi bangsa China dan mempromosikan modernisasi Tibet, mengikuti tradisi Panchen Lama untuk bertemu dengan presiden China setiap 10 tahun sekali, seperti yang dilakukan pada 2015 dan 2005.

Dalai Lama ke-14 yang akan berusia 90 tahun pada 6 Juli 2025 ini mengatakan penggantinya akan lahir di negara bebas, sehingga muncul prediksi bahwa reinkarnasnya muncul dari antara diaspora Tibet yang jumlahnya sekitar 140.000 orang di seluruh dunia, setengahnya berada di India. Ia juga mengatakan Dalai Lama berikutnya mungkin seorang dewasa dan belum tentu laki-laki.

Pencarian reinkarasi Dalai Lama adalah proses yang rumit dan sakral termasuk dengan memperhatikan petunjuk yang ditinggalkan Dalai Lama sebelumnya.

Baca Juga: Imigrasi Jakara Utara Deportasi Dua WNA China Karena Jadi Investor Fiktif

Mengikuti petunjuk tersebut, tim pencari dikirim untuk mencari anak-anak muda yang lahir setelah kematian Dalai Lama kemudian para kandidat harus menjalani serangkaian tes, termasuk mengidentifikasi benda-benda yang merupakan milik inkarnasi sebelumnya.

Reinkarnasi Dalai Lama tidak selalu ditemukan di Tibet. Dalai Lama ke-4 diidentifikasi pada akhir abad ke-16 di Mongolia, sedangkan Dalai Lama ke-6 ditemukan sekitar satu abad kemudian di Arunachal Pradesh, India.

Jika Dalai Lama berikutnya diidentifikasi sebagai anak kecil, sesuai tradisi, diperlukan waktu sekitar dua dekade pelatihan sebelum ia mengemban tugas kepemimpinan. Menurut tradisi, Dalai Lama berikutnya harus diakui oleh Panchen Lama saat ini.

Baca Juga: DePA-RI Kunjungi KBRI Beijing, Dorong Solusi Pernikahan Warga RI dan China Lewat Perantaraan Agen

Amerika Serikat sebelumnya mengesahkan Undang-Undang Kebijakan dan Dukungan Tibet pada tahun 2020, yang mengancam sanksi terhadap pejabat China yang ikut campur dalam proses seleksi. Uni Eropa juga telah menyuarakan dukungan untuk kebebasan beragama di Tibet, tetapi belum mengambil posisi tentang reinkarnasi.***

Halaman:

Berita Terkait