Catatan Denny JA: Merekam Sejarah yang Luka Dalam Sastra
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 30 Juni 2025 08:31 WIB

Kata-kata selalu menemukan jalannya, bahkan di balik tembok yang paling tebal.
Dan dalam perang yang tampaknya tanpa ampun, puisi esai menemukan celah untuk mengangkat sisi kemanusiaan.
Di tengah Perang Dunia Pertama, tentara yang seharusnya saling membunuh, untuk satu malam, bermain bola bersama karena mendengar lagu Silent Night di malam Natal.
Baca Juga: Analisis Ekonomi: Penurunan Peringkat Kredit AS Tambah Tekanan pada Ekonomi
Lima bulan sudah perang meletus.
Brutal.
Kejam.
Ratusan ribu mayat berceceran.
Bau darah,
bercampur bau bangkai.
25 Desember 1914.
Di tengah dingin yang menggigit,
di sela-sela bisikan perang yang tak pernah tidur,
aku mendengar suara itu.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jika Sebuah Nada Diberi Hak
“Stille Nacht, Heilige Nacht…”
Nyanyian dari parit kami,
mengalun pelan, rapuh,
tetapi cukup kuat menembus tembok perang.
Dari seberang, terdengar suara lain menjawab,
bahasa yang berbeda, melodi yang sama:
“Silent night, holy night…”
Aku mengintip dari balik tanah yang retak,
dan melihat mereka:
tentara Inggris, tentara Prancis,
lawan yang selama ini kusebut musuh.