Catatan Denny JA: Merekam Sejarah yang Luka Dalam Sastra
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 30 Juni 2025 08:31 WIB

Historiografi memberi struktur. Puisi esai memberi nyawa. Dan di antara keduanya, manusia menemukan makna sejarah. Peristiwa di masa lalu bukan sekadar untuk diingat, tetapi untuk dirasakan kembali.
-000-
Buku ini bukan hanya kumpulan puisi. Ia adalah dokumen kemanusiaan.
Baca Juga: Analisis Ekonomi: Penurunan Peringkat Kredit AS Tambah Tekanan pada Ekonomi
Ia adalah upaya agar mereka yang hilang di dalam sejarah, mereka yang lenyap tanpa batu nisan, tidak benar-benar menghilang.
Dunia sering mencatat nama pemimpin dan strategi perang, tetapi siapa yang menuliskan jeritan anak yang kehilangan ibunya dalam kamp konsentrasi?
Siapa yang menyimpan cerita seorang lelaki tua yang menunggu istrinya, yang tak pernah kembali dari Hiroshima?
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jika Sebuah Nada Diberi Hak
Dalam puisi esai ini, mereka hidup kembali. Primo Levi, penyintas Holocaust, pernah berkata:
“Jika memahami itu mustahil, mengenang itu kewajiban.”
Dan buku ini adalah pemenuhan kewajiban itu.
Sejarah telah terjadi.
Tetapi apakah kita akan mengingatnya?
Atau membiarkannya tenggelam,
seperti nama-nama yang karam di lautan waktu?