Menkeu Scott Bessent: AS Kemungkinan Perpanjang Perundingan Tarif Hingga 1 September
- Penulis : M. Ulil Albab
- Minggu, 29 Juni 2025 03:41 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Jumat, 27 Juni 2025 mengatakan, perundingan tarif dengan lebih dari selusin mitra dagang dapat diperpanjang hingga 1 September, Hari Buruh AS, bergeser dari batas waktu sebelumnya, 9 Juli.
Kepada Fox News, Scott Bessent menekankan perlunya mendapatkan kesepakatan dengan "18 mitra dagang penting" AS.
"Jadi, jika kita bisa menandatangani 10 atau 12 dari 18 perjanjian penting --dan masih ada 20 mitra penting lainnya-- maka saya pikir kita bisa menyelesaikan perundingan perdagangan sebelum Hari Buruh," kata Scott Bessent.
Presiden AS Donald Trump juga membahas hal itu pada Jumat, menggarisbawahi fleksibilitas tenggat waktu asli.
"Kami dapat melakukan apa pun yang kami inginkan. Kami bisa memperpanjangnya, atau memperpendeknya. Saya ingin membuatnya lebih cepat. Saya hanya ingin mengirim surat kepada semua orang: 'Selamat, Anda membayar 25 persen'," kata Trump.
Sampai saat ini pemerintahan Trump hanya menyelesaikan satu perjanjian perdagangan yaitu dengan Inggris, di samping gencatan sementara dengan China.
Baca Juga: Menkeu AS Scott Bessent: IMF dan Bank Dunia Harus Kembali ke Tujuan Awal Mereka
Bessent mengatakan negosiasi dengan China dan Inggris "sementara ini sudah selesai."
Dia menambahkan bahwa dia berharap bahwa mineral tanah jarang dari China akan segera "mengalir" kembali ke AS, mengikuti pengumuman Beijing Jumat sebelumnya yang menyetujui ekspor material tersebut.
"Seperti yang telah dikatakan Presiden Trump, ia telah menciptakan daya tawar maksimum bagi Duta Besar (Jamieson) Greer, Menteri Perdagangan (Lutnick), dan saya sendiri dengan menyatakan bahwa jika tidak tercapai kesepakatan, ia siap kembali ke tingkat tarif per 2 April. Jadi, kini negara-negara mendekati kami dengan penawaran yang sangat baik," kata Bessent.
Baca Juga: IMD: Penurunan Daya Saing Indonesa ke Posisi 40 Secara Global adalah Imbas Perang Tarif
Dia juga menekankan bahwa jika negara-negara gagal mencapai kesepakatan, Trump siap memberlakukan kembali tarif yang lebih tinggi, yang sempat mengguncang pasar global ketika pertama kali diumumkan.***