DECEMBER 9, 2022
Kolom

Sastra: Nafas Panjang Kemanusiaan

image
Ilustrasi sastra dan kemanusiaan (Foto: Gunawan Trihantoro)

Dunia masa depan butuh lebih dari sekadar kecerdasan buatan. Ia butuh manusia yang tetap utuh, rasional sekaligus emosional.

Sastra menjaga kita agar tidak kehilangan arah dan nurani. Ia mengingatkan bahwa hidup bukan sekadar pencapaian, tapi juga penghayatan.

Dalam lanskap sastra modern Indonesia, hadir Denny JA dengan terobosannya. Ia melahirkan Puisi Esai, genre baru yang memadukan fakta dan rasa.

Baca Juga: Menulis Ulang Perjuangan Perempuan dalam Sastra: Pengantar Dari Denny JA Untuk Buku Puisi Esai Gunawan Trihantoro

Puisi Esai kini telah menjelajah ke manca negara. Sebuah bukti bahwa sastra Indonesia tak hanya hidup, tapi mendunia.

Melalui puisi esai, Denny JA mengajak kita berpikir reflektif sekaligus faktual. Sastra pun menjadi alat perjuangan dan perubahan yang transformatif.

Membaca puisi, mendengar cerita, dan menulis esai bukan kemunduran. Itu adalah bentuk perlawanan halus terhadap dunia yang semakin kaku.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Karya Sastra yang Terinspirasi Religiositas Membuka Ruang untuk Pengalaman Transendental

Mari, kita rangkul kembali sastra di tengah riuh kehidupan modern. Agar dunia tak hanya berkembang, tapi juga menjadi lebih berperasaan.

Sastra adalah nafas panjang kemanusiaan yang tak boleh terputus. Dalam sunyi kata, kita menemukan gema jiwa dan arah hidup. 

*Gunawan Trihantoro, Ketua Satupena Kabupaten Blora dan Sekretaris Komunitas Puisi Esai Jawa Tengah. ***

Baca Juga: Merekam Sejarah yang Luka Dalam Sastra: Pengantar Denny JA Untuk Buku Puisi Esai Yang Menggigil Dalam Arus Sejarah

Halaman:

Berita Terkait