DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Fanny Suherman dari BNI Sekuritas: Negosiasi Tarif AS Dekati Tenggat Waktu, IHSG Berpotensi Menguat

image
Pekerja memotret layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan gawai di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/YU/aa.

ORBITINDONESIA.COM - Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman memproyeksikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi bergerak menguat pada perdagangan Jumat, 13 Juni 2025.

Pelaku pasar masih dibayangi ketidakpastian arah kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang menyampaikan kesediaannya untuk memperpanjang tenggat waktu negosiasi tarif dengan negara mitra dagang.

"IHSG masih potensi melanjutkan kenaikan sepanjang masih kuat di support 7.200," ujar Fanny di Jakarta, Jumat.

Baca Juga: IHSG Pagi Ini Menguat di Tengah Pelemahan Mayoritas Bursa Kawasan Asia

Donald Trump menyatakan kesediaannya memperpanjang tenggat waktu sampai 8 Juli untuk menyelesaikan negosiasi dagang, namun menilai perpanjangan itu kemungkinan tidak diperlukan.

“Kami sudah membuat kesepakatan besar dengan China. Kami juga tengah bernegosiasi dengan Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara lain,” kata Trump.

Trump melanjutkan, surat resmi akan dikirim ke negara-negara mitra dagang dalam satu hingga dua pekan ke depan.

Baca Juga: ANALISIS: Mengapa IHSG Bisa Anjlok yang Memicu Halt Trading

Trump juga mengisyaratkan tarif atas impor China akan mencapai 55 persen. Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick membenarkan bahwa tarif akan tetap diberlakukan pada tingkat tersebut.

Sementara itu, saham Boeing turun hampir 5 persen setelah insiden kecelakaan pesawat Dreamliner 787 milik Air India yang membawa 242 penumpang.

Dari kawasan Eropa, Inggris akan merilis data GDP bulan April 2025 yang diperkirakan minus 0,1 persen month to month (mtm) dari sebelumnya 0,2 persen (mtm) di Maret 2025.

Baca Juga: Donald Trump Tunda Penerapan Tarif, IHSG Siap Rebound Ikuti Bursa Saham Global

Dari kawasan Asia, pasar mengantisipasi rilis data Industrial Production Jepang bulan April 2025 pada Jumat (13/6) yang diperkirakan turun menjadi 0.7 persen (yoy) dari 1 persen (yoy) di Maret 2025.

Halaman:

Berita Terkait