Pembangunan Pabrik Baterai Miliaran Dolar AS Milik Perusahaan Jepang di AS Terhenti Akibat Tarif
- Penulis : Abriyanto
- Minggu, 08 Juni 2025 00:40 WIB

ORBITINDONESIA.COM -- Sebuah perusahaan Jepang menghentikan pembangunan pabrik senilai 1,6 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.305) di Negara Bagian South Carolina, Amerika Serikat (AS), yang ditujukan untuk menyokong produksi baterai kendaraan listrik BMW, dengan alasan "ketidakpastian pasar dan kebijakan," lapor The Associated Press pada Jumat, 6 Juni 2025.
"Meskipun Automotive Energy Supply Corp. (AESC) tidak merinci apa saja masalahnya, gubernur South Carolina, yang berasal dari Partai Republik, mengatakan bahwa perusahaan tersebut sedang menghadapi potensi hilangnya keringanan pajak federal bagi pembeli kendaraan listrik dan insentif bagi bisnis EV serta ketidakpastian tarif dari pemerintahan Presiden Donald Trump," tulis laporan tersebut.
"Apa yang kami lakukan adalah mengimbau agar tetap berhati-hati, biarkan segala sesuatunya bergulir karena semua perubahan ini sedang terjadi," kata Gubernur Henry McMaster. AESC mengumumkan penghentian sementara pembangunan pabriknya di Florence pada Kamis, 5 Juni 2025.
Baca Juga: Penelitian Sebut Tarif AS Akan Picu Krisis Energi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global
"Karena ketidakpastian kebijakan dan pasar, kami menghentikan sementara pembangunan pabrik kami di South Carolina saat ini," demikian menurut pernyataan perusahaan.
AESC berjanji akan melanjutkan kembali pembangunan, meskipun tidak menyebutkan waktu pastinya, serta berjanji akan memenuhi komitmennya untuk mempekerjakan 1.600 pekerja dan menginvestasikan 1,6 miliar dolar AS.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa pihaknya telah menginvestasikan 1 miliar dolar AS di pabrik Florence.
Baca Juga: Penjualan Otomotif di AS Anjlok pada Mei 2025 Seiring Pudarnya "Demam" Pra-Tarif
Produsen baterai yang berkantor pusat di Jepang ini juga memiliki pabrik di China, Inggris, Prancis, Spanyol, dan Jerman.
Di AS, AESC memiliki pabrik di Tennessee dan sedang membangun satu pabrik di Kentucky. Pernyataan kali ini tidak menyebutkan adanya perubahan pada pabrik-pabrik lain miliknya.***