Para Pemimpin Asia Suarakan Kekhawatiran Terkait Kebijakan Tarif AS
- Penulis : Abriyanto
- Senin, 02 Juni 2025 00:30 WIB

ORBITINDONESIA.COM -- Para pemimpin politik dan mantan kepala negara dari seluruh Asia menyuarakan kekhawatiran mereka terkait kebijakan tarif pemerintah Amerika Serikat (AS), menyerukan persatuan yang lebih kuat di antara negara-negara Asia untuk mengatasi berbagai tantangan bersama.
Berbicara di forum internasional "Future of Asia" ke-30 yang diselenggarakan di Tokyo pada 29 hingga 30 Mei, Wakil Perdana Menteri (PM) Singapura Gan Kim Yong memperingatkan bahwa tatanan perdagangan global saat ini berada dalam ancaman.
Dia mengimbau negara-negara Asia untuk bersatu dalam menghadapi isu-isu perdagangan yang timbul akibat tarif AS dan menekankan pentingnya memperluas kerja sama melalui Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership/CPTPP), khususnya di bidang perdagangan dan industri.
Baca Juga: Menlu Sugiono: Para Pemimpin ASEAN Sepakat Jaga Sentralitas dan Jadikan Wadah Dinamis
Sementara itu, PM Kamboja Hun Manet mengatakan bahwa perang dagang merusak sistem perdagangan multilateral yang bebas, terbuka, inklusif, dan berbasis aturan, serta berdampak secara tidak proporsional terhadap kelompok yang paling rentan. Dia menyerukan persatuan di antara negara-negara yang menghadapi tekanan terkait kebijakan tarif tersebut.
Presiden Laos Thongloun Sisoulith menekankan pentingnya hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati, menjelaskan bahwa meskipun Laos memiliki perdagangan yang terbatas dengan AS, tarif yang tinggi tetap dapat berdampak pada perekonomian dan iklim investasi negara tersebut.
Wakil PM Vietnam Nguyen Chi Dung menyebutkan bahwa tarif AS memiliki dampak nyata terhadap ekspor dan investasi Vietnam.
Baca Juga: PM Li Qiang Serukan China, ASEAN, dan GCC Jadi Contoh Keterbukaan dan Kerja Sama Pembangunan
Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad mengkritik kebijakan tarif AS, mengatakan bahwa langkah-langkah tersebut dapat merugikan perekonomian AS itu sendiri dan meningkatkan biaya hidup di dalam negeri.
Sejak pertama kali diselenggarakan pada 1995, forum "Future of Asia" yang digelar setiap tahun oleh Nikkei Inc. telah menjadi platform utama untuk membahas kerja sama regional.
Forum tahun ini berfokus pada bagaimana kawasan Asia dapat mendorong kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi melalui kolaborasi.***