DECEMBER 9, 2022
Kolom

Tarif AS-China Turun Tajam, Apa Artinya untuk Ekonomi Dunia?

image
Ilustrasi - Perang dagang Amerika Serikat dan China. (ANTARA/Shutterstock/aa.) (ANTARA/Shutterstock/aa)

ORBITINDONESIA.COM - Tat Kei, seorang pengusaha China yang memiliki pabrik di Shenzen, tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya dengan hasil kesepakatan antara AS dan China di Jenewa, Swiss, akhir pekan lalu, untuk melakukan "gencatan senjata" dalam hal tarif.

"Saya senang kewarasan telah kembali," kata Tat Kei yang memiliki bisnis manufaktur peralatan perawatan pribadi yang diekspor ke AS, sebagaimana dikutip media BBC. "Kewarasan" yang dimaksud sang pebisnis itu adalah kesepakatan AS-China untuk mengurangi tarif dari masing-masing negara secara signifikan.

Dalam negosiasi yang dilakukan di negara yang kerap dijuluki sebagai Negeri Netral tersebut, delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer, sementara delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

Baca Juga: Pascatarif, Apakah Trump Versus Powell Akan Jadi Guncangan Global Berikutnya?

Berdasarkan hasil perjanjian yang telah disepakati, maka AS akan menurunkan tarif impor produk China dari 145 persen menjadi 30 persen, sementara China akan mengurangi tarif barang AS dari 125 persen menjadi 10 persen. Kebijakan yang berarti pengurangan hingga sebesar 115 poin persentase itu rencananya bakal dilakukan selama jangka waktu 90 hari ke depan.

"Gencatan senjata" sementara ini menyusul negosiasi tingkat tinggi antara pejabat AS dan China di Jenewa, yang dilakukan setelah perang tarif antara kedua negara adidaya itu telah berakibat kepada gangguan rantai pasokan dan memicu ketidakstabilan ekonomi global.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam pengarahan kepada wartawan yang diulas berbagai media internasional menyatakan bahwa konsensus dari delegasi kedua negara adalah tidak ada pihak yang menginginkan decoupling atau pemisahan aktivitas perdagangan ekonomi antara AS-China.

Baca Juga: Korea Selatan dan AS Akan Gelar Negosiasi Tingkat Tinggi di Washington tentang Tarif Impor

Tarif tinggi = embargo

Bessent mengakui bahwa kebijakan tarif yang sangat tinggi adalah setara dengan embargo, serta tidak ada pihak yang menginginkannya. Namun, Menkeu AS juga mengingatkan bahwa pihaknya menginginkan perdagangan yang lebih seimbang, yang diyakini akan dicapai melalui komitmen bersama.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan China dalam pernyataannya menyatakan bahwa inisiatif pengurangan tarif ini sejalan dengan harapan produsen dan konsumen di kedua negara.

Baca Juga: Ketum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie Ajak Asosiasi Perkuat Usaha Logistik Hadapi Tarif Resiprokal Trump

Selain itu, pernyataan Kemendag China tersebut juga menyatakan bahwa hasil dari kesepakatan antara kedua negara juga akan melayani tidak hanya kepentingan AS-China, tetapi juga kepentingan bersama dunia ekonomi global.

Halaman:

Berita Terkait