DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Ekonom Swiss Stefan Legge Sebut Kebijakan Tarif Pemerintahan Trump "Kontradiktif"

image
Ilustrasi - Gedung Putih, kantor resmi bagi para presiden atau pemegang jabatan tertinggi perpolitikan di Amerika Serikat. ANTARA/Xinhua (ANTARA/Xinhua)

ORBITINDONESIA.COM -- Ekonom Swiss Stefan Legge menyebut, kebijakan tarif pemerintah Amerika Serikat (AS) "kontradiktif" dan memperingatkan potensi dampaknya terhadap pasar global.

Tujuan yang dinyatakan oleh Presiden AS Donald Trump ketika mengumumkan apa yang disebutnya "tarif timbal balik" terhadap para mitra dagangnya sebagian besar tidak dapat dicapai, karena bersifat kontradiktif, kata Stefan Legge, dosen ekonomi sekaligus kepala Departemen Kebijakan Pajak dan Perdagangan di Universitas St Gallen di Swiss, dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Xinhua.

Stefan Legge mengatakan bahwa di satu sisi, Trump ingin menggunakan tarif sebagai alat untuk memaksakan perubahan kebijakan di luar negeri dan membuat kesepakatan yang menurutnya menguntungkan bagi AS.

Baca Juga: AS Akan Naikkan Tarif Baja dan Aluminium Jadi 50 Persen

Di sisi lain, dia juga berusaha mencapai tujuan ekonomi seperti menghasilkan pendapatan dan memperkuat bisnis AS melalui pemberlakuan tarif yang sebenarnya.

Hal ini berarti tarif bukan hanya sekadar ancaman, melainkan hal mengikat yang harus diberlakukan, sehingga hanya akan mengurangi keefektifannya sebagai alat tawar, ujar Legge. Dia menyoroti adanya kontradiksi mendasar dalam logika kebijakan tersebut.

Tarif AS telah memberikan efek riak pada pasar global, katanya.

Baca Juga: Para Pemimpin Asia Suarakan Kekhawatiran Terkait Kebijakan Tarif AS

Perusahaan-perusahaan bergegas melakukan pengiriman ke AS untuk mengantisipasi tarif baru di awal tahun ini, menyebabkan lonjakan ekspor jangka pendek yang kemudian diikuti oleh penurunan.

"Jadi, kita melihat banyak ketidakstabilan dan turbulensi, tetapi yang terbesar adalah ketidakpastian," katanya.

Menurut Legge, ketidakpastian seperti itu tidak hanya menghambat ekspor dan investasi bisnis, tetapi juga meluas melampaui tarif untuk merusak hubungan AS-Eropa.

Baca Juga: Penelitian Sebut Tarif AS Akan Picu Krisis Energi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

"Sulit untuk berurusan dengan negara atau perusahaan yang tidak dapat diandalkan," kata Legge. "Menurut saya, bagi Eropa, kita harus bertanya pada diri kita sendiri sejauh mana AS bisa dianggap sebagai mitra yang dapat diandalkan." 

Ketidakpastian AS dalam kebijakan dan negosiasi perdagangannya telah mendorong Eropa untuk memperkuat hubungan kerja sama dengan mitra-mitra lainnya, ujarnya.

Legge memuji transformasi ekonomi China selama beberapa dekade terakhir serta menyoroti signifikansi dan potensi kerja sama Eropa-China.

Baca Juga: Penjualan Otomotif di AS Anjlok pada Mei 2025 Seiring Pudarnya "Demam" Pra-Tarif

Dia mengatakan bahwa banyak orang di Swiss yang ingin beralih ke kendaraan listrik namun menghadapi tantangan terkait baterai dan pengisian daya. Perusahaan-perusahaan China, tambahnya, telah membuat kemajuan yang signifikan di bidang ini. "Kami ingin mengambil manfaat dari hal tersebut," ujar Legge.

Menurutnya, para pembuat kebijakan Swiss telah menjadi semakin praktis dalam hal perdagangan dan kolaborasi dengan China dalam beberapa tahun terakhir, yang dianggapnya sebagai perkembangan positif.

Pakar dari Swiss ini meyakini bahwa negara-negara harus memprioritaskan kolaborasi praktis untuk mengatasi isu-isu umum seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan kemajuan ekonomi.

Baca Juga: Pembangunan Pabrik Baterai Miliaran Dolar AS Milik Perusahaan Jepang di AS Terhenti Akibat Tarif

"Jadi saya pikir kita harus melanjutkan dialog, memperkuat kolaborasi dan memastikan bahwa kita mendapatkan keuntungan dari pertukaran barang, jasa, ide, dan personel yang saling menguntungkan," kata Legge.***

Halaman:
Sumber: Xinhua

Berita Terkait