DECEMBER 9, 2022
Olahraga

Catatan Denny JA: Pembantaian di Final Liga Champions Eropa 2025 dan Filosofi Baru Sepak Bola

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Namun, di balik segala pencapaian ini, ada satu pelajaran taktis yang tak boleh diabaikan: PSG membuktikan bahwa sistem permainan yang fleksibel dan adaptif adalah kunci.

Luis Enrique tidak hanya mempercayai pemain muda, tetapi juga membangun formasi yang dinamis. Setiap pemain saling melengkapi peran—baik saat menyerang maupun bertahan.

Bahkan, pola pressing yang intens di lini tengah dan rotasi posisi yang cerdas membuat Inter Milan kehilangan ritme permainan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Berbakatkah Saya Menjadi Orang Kaya?

Inilah bukti bahwa sepak bola modern tak lagi hanya tentang bakat individu, melainkan kecerdasan kolektif dalam membaca permainan dan mengambil keputusan di lapangan.

Dengan demikian, PSG tidak hanya menang karena semangat, tetapi juga karena kecanggihan strategi dan kecermatan dalam eksekusi.

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Tafsir yang Berbeda tentang Kurban Hewan di Era Animal Rights

Munich bukanlah garis akhir bagi PSG. Ia adalah sebuah awal.

Di era post-superstar, PSG mempersembahkan blueprint masa depan: sepak bola yang inklusif, seimbang, dan manusiawi.

Dan mungkin, jauh dari dunia stadion dan sepak bola, kemenangan ini adalah metafor zaman.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Puisi, dan Apapun, tak Pernah Cukup, Lalu Mengapa Lahir Puisi Esai

Bahwa dunia baru tak dibangun oleh satu orang, tapi oleh kita semua—yang bekerja dalam diam, tumbuh dalam kolaborasi, dan menang dalam kebersamaan.

Halaman:

Berita Terkait